Tentang susu sapi (kemasan), dibahas di dalam buku best seller: The Miracle of Enzyme (Dr. Hiromi Shinya) bahwa:
1. Tidak
ada makanan lain yang lebih sulit di cerna daripada susu (sapi).
2. Kasein
yg membentuk kira-kira 80% dari protein yang
terdapat dalam susu, langsung menggumpal menjadi satu begitu memasuki lambung
sehingga menjadi sangat sulit di cerna.
3. Komponen
susu yang di jual di toko telah dihomogenisasi dan menghasilkan radikal bebas.
4. Susu
yang dipasteurisasi tidak mengandung enzim-enzim yang berharga, lemaknya
teroksidasi dan kualitas proteinnya berubah akibat suhu yg tinggi.
5. Susu
yang mengandung banyak zat lemak teroksidasi mengacaukan lingkungan dalam usus,
meningkatkan jumlah bakteri jahat, dan menghancurkan keseimbangan flora bakteri
dalam usus.
6. Jika
wanita hamil minus susu (sapi), anak-anak mereka cenderung lebih mudah
terjangkit dermatitis atopik (Penyakit radang kulit yang parah)
7. Minum
susu terlalu banyak sebenarnya menyebabkan osteoporosis.
Menanggapi pendapat Dr Hiromi Shinya
dalam bukunya "Tha Miracle of Enzyme", pakar gizi klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr Waloejo Soerjodibroto menyatakan
bahwa pendapat tersebut masuk akal. Dia setuju dengan
sebagian pendapat Shinya bahwa susu sapi memang paling cocok untuk anak sapi,
bukan untuk anak manusia, apalagi manusia dewasa.
”Dalam perkembangan masyarakat modern,
air susu ibu diganti oleh susu formula atau pengganti air susu ibu supaya kaum
ibu bisa aktif bekerja. Manusia punya otak untuk merekayasa, termasuk
menciptakan pengganti air susu ibu yang mendekati atau mirip air susu ibu,
walaupun tak bisa sama persis,” tambahnya.
Jadi, masihkah kita berusaha untuk
menggadaikan hak anak untuk mendapatkan ASI terbaiknya dari sang ibu dengan
susu formula?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar