HARTA KARUN LAKI-LAKI

Materi ini saya sampaikan pada acara “Jelita” di Rugeri 93.4 FM selama empat hari berturut-turut dari hari Senin – Kamis, 2 - 5 Nopember 2013. Bahasannya sendiri sederhana, hanya terdiri dari 1 (satu) halaman, namun materi berkembang hingga butuh waktu empat h untuk membahasnya karena diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan yang masuk seputar ini. Alhamdulillah.  Agar Shalihaat memiliki catatan tertulisnya juga sehingga kapanpun materi ini dibutuhkan bisa dibaca kembali, kali ini saya sertakan materinya pada blog ini. Semoga bermanfaat ya.....

Sudah dimafhumi bahwa di zaman sekarang tidak sedikit kaum istri yang memiliki peran ganda. Ya sebagai seorang ibu rumah tangga, ya juga sebagai penopang ekonomi rumah tangga. Pendapatan suami yang dianggap belum cukup memenuhi kebutuhan rumah tangga karena biaya hidup yang semakin tinggi, mau tidak mau memang seringkali memaksa kaum istri untuk turut membantu suami mencari nafkah. Jadilah suami dan istri sama-sama memiliki kesibukan di luar rumah.

Satu kebutuhan terpenuhi ternyata juga tidak serta merta kebutuhan bathin rumah tangga tercukupi. Bayangkan....sepulang dari tempat kerja disuguhi lagi dengan pekerjaan lain di rumah, apa itu tidak menjadi ‘ujian’ tersendiri yang bisa merontokkan hubungan harmonis suami-istri?! Di satu sisi, kita pun memiliki harapan untuk menjadi istri yang shalihah dan berhasil dalam membina keluarga menuju sakinnah mawaddah wa rohmah. Lantas apa dong rambu-rambu yang harus kita perhatikan agar peran ganda di pundak kita tidak mengganggu banyak ketenangan dalam berumah tangga?

Shalihaat....ingatlah, dasar awal kita bekerja adalah untuk kebaikan keluarga dan rumah tangga yang tengah kita bangun, maka membekali diri kita dengan ilmu untuk meminimalkan masalah yang berpotensi muncul menjadi sebuah kebutuhan agar pekerjaan dan urusan rumah tangga bisa berjalan beriringan ‘manis’.

Di bawah ini, saya ingin share dengan Shalihaat beberapa hal yang patut dicermati oleh kita dalam mendampingi suami dengan peran ganda yang kita emban. Semoga bermanfaat!

WANITA SHALIHAH
Dalam sebuah sabdanya, Rasululah Saw memberikan gambaran tentang sosok istri yang shalihah.

“Suatu ketika Rasulullah Saw mengatakan kepada Umar bin Khaththab ra, ‘Umar, haruskah saya katakan kepadamu hal terbaik yang bisa menjadi harta karun bagi kaum laki-laki? Yaitu istri yang shalihah. ‘ Apabila laki-laki itu memandangnya, perempuan itu memberikan kesenangan. Apabila laki-laki memerintahkan, perempuan itu taat, dan apabila ia berada jauh darinya, perempuan itu tetap akan berlaku setia. “
(HR. Abu Dawud)

Bersandar pada hadits di atas, kiranya bisa kita ambil beberapa nasihat yang Rasulullah Saw sampaikan agar kita bisa memunculkan pribadi seorang wanita shalihah dengan apapun peran kita:

Apabila laki-laki itu memandangnya, perempuan itu memberikan kesenangan
Kandungan nasihat di dalamnya adalah:
1.    Perhatikanlah penampilan dan riasan wajah.
Sesibuk apapun kita, menjaga penampilan baik di rumah ataupun di luar adalah sama pentingnya. Hal berlaku keumuman biasanya adalah wanita jauh lebih memperhatikan dirinya saat akan keluar rumah, sedangkan dandanannya saat di rumah terabaikan. Jadilah daster dengan rambut yang digelung tak beraturan menjadi konsumsi sehari-hari mata suami. Padahal hak terbesar kecantikan dan keindahan seorang  wanita adalah suaminya. Dialah orang pertama yang mata serta penciumannya harus lebih kita perhatikan.

Pandai-pandailah dalam me’mix-match’kan pakaian, memadupadankan warna, memilih model pakaian yang sesuai dengan kepribadian kita, memilih dan memilah pakaian yang sesuai dengan syar’i, berkerudung yang menutup dada, memilih bahan pakaian yang nyaman dikenakan (karena ada tuh bahan kain yang suka berasa panas kalau dikenakan).

Milikilah pakaian daster barang satu atau dua saja yang dipergunakan saat mencuci pakaian atau untuk tidur, misalnya. Di luar itu, biasakan untuk berpakaian sebagaimana seharusnya. Rapi, bersih, serta enak dipandang.

Satu hal yang juga harus diperhatikan adalah hindari berlebih-lebihan dalam berpakaian. Karena tidak elok juga khan apabila demi sebuah kecantikan segala macam kita pakai, riasanpun main tempel sana-sini. Agama memberikan pagar janganlah bertabarruj.

Insyaallah, dalam kesederhanaanpun, kecantikan wanita akan tetap bersinar. Karena kecantikan alamiahnya terpancar dari dalam, inner beauty. Tentang hal ini al-Ustadz Felix Siauw mengatakan bahwa semakin baik pemahaman agama seorang perempuan, maka akan semakin sederhana cara berpakaiannya. That’s right, saya setuju. Karena pada akhirnya pemahaman agama yang semakin baik akan menghantarkan seorang wanita untuk lebih ‘ngeh’ dengan isi kepalanya, kualitas hatinya dan baiknya amalannya. Dan dunia akan lebih dipandang sebagai media untuk menuju kesana.
2.    Berpenampilan rapi dan bersih.
3.    Pakailah wewangian saat di rumah untuk suami kita. Tapi hindari hal itu saat kita keluar rumah. Demikian Islam sebenarnya mengajarkan kita. Sesuatu yang pada nyatanya berlawanan dengan apa yang berlaku di masyarakat saat ini.
4.    Biasakan mandi pagi hari, sekalipun hari itu kita seharian berada di rumah.
5.    Jangan biasakan memakai daster seharian.
6.    Luangkan waktu untuk  berolahraga agar badan tetap sehat dan bugar.

Apabila suami memerintah, maka taatilah
1.    Sepanjang apa yang diinginkan suami tidak berseberangan dengan tuntunan agama maka sudah sewajibnya sebagai seorang istri menaatinya. Berdosa baginya apabila tidak memenuhinya. Namun apabila yang diperintahkannya bertentangan dengan ajaran agama, ketentuan Allah adalah yang harus lebih diutamakan dibanding suaminya sendiri.
2.    Bersikap senantiasa hormat.
Misalnya: apabila kita memiliki pendapatan yang lebih besar daripada suami tetaplah menaruh hormat padanya. Karena apa yang berhasil kita raih semua bermula dari adanya ijin suami. Tanpa restu darinya, mungkinkah kita bisa bekerja dan mendapatkan apa yang kita dapat saat ini? Sebagai istri yang shalihah, tunjukkan rasa syukur kita pada suami dengan tetap menghormatinya dan mendudukkannya sebagai kepala keluarga.
3.    Memperlakukan keluarga suami sebagai keluarga sendiri.
4. Menunjukkan rasa sayang dan perhatian yang besar pada keluarga suami, terutama mertua.
5.    Tidak menyinggung perasaannya
Dalam kehidupan berumah tangga perbedaan dalam berperilaku, sikap,  hobby, cara menghadapi masalah, cara mengelola rumah tangga pasti saja ada. Namun, perbedaan itu hendaklah menjadi sebuah media pembelajaran bagi kita untuk lebih mengenal suami, dan mengetahui karakternya sehingga kita memiliki keterampilan cara berkomunikasi yang tepat dalam menyampaikan sesuatu pada suami dengan tanpa menyinggung banyak perasaannya. Dengan demikian diharapkan perbedaan tidak menjadi jurang’perpecahan’ yang sulit disatukan, akan tetapi pada akhirnya akan menjadi jalan munculnya saling pengertian dan saling memahami.
Mengetahui hak dan kewajiban suami-istri
7.    Tidak mencela dan memakinya, baik dihadapannya atau dibelakangnya.
8.    Menerima teguran suami atas sikap atau cara kita dengan lapang dada. Dengarkan dan lakukan beberapa perubahan ke arah yang lebih baik.
9.    Jangan mengumbar aib suami/keluarga kepada siapa saja. Suami adalah ‘pakaian’ istri dan istri adalah ‘pakaian’ suami. Fungsi pakaian adalah untuk menutupi aurat/aib diri, maka demikian pula halnya dengan berumah tangga hendaklah satu sama lain saling menutupi kekurangan/kelemahan masing-masing.
10. Tidak bertengkar dengan suami di hadapan anak-anak.
11. Memperhatikan hal-hal yang membuatnya merasa kurang nyaman atau kurang berkenan. Setelah menikah, suami adalah orang pertama yang harus kita perhatikan hati dan perasaannya. Misalnya, apabila suami merasa kurang berkenan apabila kita bergaul atau dekat dengan si A, sepanjang alasannya bisa diterima, maka perhatikan hal itu. Atau ketika suami sudah mulai mengeluh atas kesibukan kita di luar dan urusan rumah tangga seringkali terabaikan, dengarkanlah dan lakukan beberapa perubahan yang perlu untuk memperbaiki keadaan.

Menjaga kehormatan diri (setia) saat suami jauh
1.  Rumah tangga terbangun kokoh apabila di dalamnya ada rasa saling percaya dan memegang teguh komitmen kesetiaan. Hilang hal tersebut, akan hilang pula kebaikan-kebaikan yang ada dalam sebuah rumah tangga, seperti ketenangan, kedamaian, kerukunan dan kebahagiaan. Maka oleh karena itu, pandai-pandailah kita menjaga diri dan melindungi rumah tangga dari godaan-godaan dari luar.

Jaman sekarang banyak hal yang bisa menjerumuskan dan mengganggu keutuhan rumah tangga apabila kita tidak mewaspadainya. Kehadiran media sosial di dunia maya, FB atau twitter, HP dengan segala aplikasinya dapat menjadi jalan syetan untuk mengganggu kita. Bagaimana peristiwa yang terjadi, kasus perselingkuhan semua berawal dari tidak bijaknya kita mempergunakan kemudahan teknology.

Rumah tangga kita adalah ranah privacy (pribadi), jangan biarkan orang lain masuk ke dalamnya.
2.    Jangan mudah mengeluh. Masalah hidup pasti saja ada. Tidak ada satupun manusia yang terlepas dari itu. Dan satu-satunya tempat paling tepat untuk mengadu dan curhat, ya hanya Allah. Karena dari itu, al-Ustadz Yusuf Mansyur mengatakan: sebelum kita curhat pada sesama, lebih baik curhat dulu deh sama Allah. Selama dan sebanyak apapun kita curhat, Allah tidak akan pernah bosan untuk mendengar. Malah dia akan memberikan kita solusi. Pada sesama....belum tentu. Apalagi kalau kita curhat di FB atau twitter. Media yang tidak tepat. Yang ada bukannya masalah selesai, malah aib rumah tangga diketahui orang. Malulah!

Jangan pula kita curhat ke sembarang orang, apalagi pada lawan jenis. Sebagai perempuan yang telah berumah tangga, hiasi diri kita dengan rasa malu. Karena rasa malu akan menjadi benteng yang akan menjaga kehormatan dirinya dan keluarganya.

So....jadikanlah Allah satu-satunya tempat kita mengadu. Dia yang memberikan ujian/masalah, maka Dia pula yang akan menawarkan jalan keluarnya.
3. Berbicaralah seperlunya dengan laki-laki yang bukan mahram kita. Sekalipun kita mengenal baik, namun menjaga jarak itu perlu. Jangan sampai timbul fitnah karenanya.
4. Perlakukanlah suami dengan baik, baik melalui sikap, perilaku, dan tutur kata kita. Semoga dengan demikian menjadi perekat yang kuat kesetiaan satu sama lain.

Wallohu’alam bishshawab.



Share:

SABAR BERBUAH BAHAGIA



Tidak sulit bagiku bisa mencari kisah apa yang bisa kutuangkan dalam bentuk cerita pada lomba menulis “Blog#Sabar-Afgan”. Walau sebenarnya, jujur saja aku sendiri tidak begitu pede dengan kisah yang akan kuangkat ini. Soalnya, biasanya apabila tema yang dikehendaki diambil dari sebuah lagu berlirikkan cinta, pastilah akan lebih pas nampaknya bila kisah yang menyertainya adalah juga bekisar seputar itu.

Aku yakin, pasti akan banyak orang yang menceritakannya. Karenanya aku ambil dari sisi yang lain tentang sebuah kesabaran. Kesabaran dalam menyimpan keinginan sekian lama untuk bisa sekolah kembali karena ingin lebih mengedepankan kepentingan keluarga, suami dan anak-anak. Hingga akhirnya berbuah jalan yang begitu terbuka lebar saat suami memberikan lampu hijau dengan turunnya SIM (Surat Ijin Menuntut ilmu). Hehehe.......

Aku akan coba persingkat waktu sekian tahun kesabaran dengan menuangkan perjalanan hidupku itu dalam kertas yang hanya terdiri dari beberapa alinea.

Kita mulai kisahnya......

Saat itu aku masih mengajar di salah satu Taman-Kanak-kanak di kotaku. Ketika adanya peraturan pemerintah yang mengharuskan seorang guru TK berpendidikan minimal S1 (sedangkan aku hanya lulusan DIII) sedikit banyak  mendorongku untuk bersekolah kembali. Tapi, mengingat ketiga anak-anakku masih kecil, yang paling besar saja masih sekolah SD, belum lagi aktivitasku di tempat kerja, rasanya kok ya susah untuk bisa kuliah. Apalagi suami  belum memberikan ‘lampu hijau’. Alasannya bisa dipahami, sebagai seorang ibu dengan tiga orang anak kecil yang masih membutuhkan perhatian, dan pekerjaan rumah tangga yang segala sesuatunya dikerjakan sendiri tanpa bantuan pembantu/baby sitter, belum lagi pekerjaanku di sebuah radio swasta, maka akan menjadi begitu berat bila kemudian harus menjalani peran lainnya. Dan aku sendiri pun menyadari, berperan ganda bukanlah hal yang mudah. Menyadari itu, sejenak kutanggalkan keinginanku ini.

Kehidupan kujalani tetap seperti biasa. Perhatianpun mulai kualihkan pada profesiku sebagai seorang penyiar. Acara yang kupandu ini adalah notabene acaranya ibu-ibu. Nama acaranya adalah JELITA. Singkatan dari Jendela Informasi Wanita. Membahas segala hal, dari mulai anak-anak hingga rumah tangga, dari mulai urusan pibadi hingga ekonomi, dari urusan dunia hingga masalah agama. Beragamnya materi yang harus disampaikan, membuatku lebih ‘ngeh’ dengan dunia membaca dan buku-buku. Kebetulan sekali, suamiku suka sekali membeli buku-buku yang isinya sangat bagus serta menarik. Salah satu temannya adalah seorang penulis sehingga otomatis informasi buku-buku yang bagus dan terbitan baru lebih mudah didapatkan.

Semakin hari semakin banyak para pendengar yang melayangkan pertanyaan di acaraku tersebut. Dari mulai masalah pribadi, keluarga hingga agama. Beruntunglah, keberadaan internet dan sedikit apa yang kubaca selama ini amat sangat membantu. Sehingga pertanyaan relatif bisa kujawab. Tapi seringkali aku dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang amat berat untuk kapasitas keilmuanku saat itu, terutama kalau pertanyaan yang diajukan adalah seputar agama.

Bukan sekali dua kali saja aku menjawab tunda pertanyaan untuk mencari jawaban yang tepat dari sumber buku-buku yang ada di rumahku atau bertanya pada ustadz/ah di majlis taklimku. Acapkali  hal itu pun membuatku  sampai harus  menenteng-nenteng buku tebal dari rumah ke studio. Bagiku, bobot pertanyaan agama jauh lebih sulit dibanding bila dimintai pendapat tentang masalah keseharian.

Di rumah, aku seringkali bercerita pada suami tentang perkembangan acara ‘Jelita’ku, dari mulai animo pendengar sampai pada pertanyaan-pertanyaan yang masuk. Beberapa kesulitan saat siaran kukemukakan. Ketidakmampuanku menjawab pertanyaan seputar agama dengan dalil yang pasti menjadi kendala tersendiri. Dengan ‘curhat’ ini aku berharap suami bisa memahami masalah istri kaitannya dengan pekerjaannya. Dan sebenarnya, akupun sedang menyiratkan padanya, begitu perlunya aku untuk bisa kuliah lagi.

Enam  tahun berlalu, hingga suatu hari, organisasi tempat aku beraktivitas akan mengadakan kegiatan tamhidul Mubalighat (pembinaan para mubalighat) bekerjasama dengan salah satu lembaga pendidikan agama yang ada, yaitu STAIPI (Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam). Teringat pada keinginan sekaligus kebutuhanku untuk  lebih memahami ilmu agama yang selama ini kusimpan baik-baik dalam hati, secara bercanda aku  ungkapkan hal itu pada suamiku. Terus terang, aku sedikit takut mengutarakan hal ini. Takut ditolak suami. Hiks...hiks...hiks....:’(

Dan memang benar, suamiku tak berespon. Adduuuhhh....!!! Apalagi cara yang harus kulakukan??? Maka sedikit kugencarkan bujukan pada suami, “Yah, eneng ingin sekolah bukan apa-apa. Tapi merasa menjadi sebuah tanggung jawab ketika pendengar sudah memberikan kepercayaan yang begitu besar, namun ilmu eneng tidak bertambah. Bukankah kalau eneng bisa menggali ilmu agama dan mendapat bimbingan langsung dari dosen yang begitu kompeten akan sangat bermanfaat untuk eneng dan juga yang lainnya. Ayolah, Yah...boleh khan eneng kuliah lagi?!”
(‘Eneng’ adalah panggilan sayang suami untukku. Hehehe....).

Sebuah pertanyaan yang tak berjawab langsung saat itu.

Akankah aku tepis kembali harapan dulu yang kini ‘menggunung’ kembali?! Maka, jadilah Allah harapan satu-satunya untuk bisa memberiku jalan keluar yang terbaik. Berdoa meminta pertolongan-Nya adalah jalan terakhir yang kulakukan.

Kampus 'Bening'ku dalam renovasi
Hingga suatu hari, tak disangka tak dinyana, saat aku tanyakan kembali, suamiku mengijinkannya. Alhamdulillah.....senangnya luar biasa!

Segeralah kusiapkan segala sesuatunya bersama sahabat seperjuanganku, Ibu Iin. Informasi aku cari. Persyaratan-persyaratan kupenuhi. Dan satu hal yang pasti adalah mempersiapkan mental sendiri. Maklum, mengingat background pendidikan sebelumnya adalah dari umum, Sastra, Bahasa Jepang.

Pada tiga buah hatiku yang sudah beranjak besar (putra keempat masih kecil, usianya baru tiga tahun) kuajak bicara dari hati ke hati. Mempersiapkan mental mereka dan meminta dukungannya agar bundanya bisa sekolah kembali. Bukan hal yang mudah, karena pada mulanya mereka menolak. Mereka takut bila aku sekolah kembali, akan banyak waktu yang tersita buat mereka.

Secara perlahan aku beri mereka pengertian akan betapa pentingnya bila aku sekolah lagi. Bukan hanya berbicara masalah kebutuhan pribadi, akan tetapi juga menyangkut kebutuhan ummat. Bila aku bisa menempuh kuliah dengan hasil yang baik, bukankah mereka pula yang akan bahagia. Bangga memiliki bunda yang tetap semangat belajar meski di usia yang sudah tidak muda lagi.

Membutuhkan waktu hampir satu bulan untuk membuat mereka akhirnya bisa mengerti dan menerima keputusanku. Merekapun bisa tersenyum dan memelukku saat aku berangkat untuk kuliah pertamaku, Studium generale, hari Sabtu, 21 September 2013.

Beberapa photo yang aku sertakan adalah ‘lukisan’ indah hidupku saat berada di kampus dan kebersamaan yang ‘cantik’ bersama teman-temanku. Kami memang tidaklah muda lagi, tapi semangat kami tidak kalah dengan yang mereka masih muda.

Saat menanti dosen
Bila memang sudah saatnya, segalanya terasa indah. Penantianku yang cukup lama untuk bisa kuliah kembali, terkabul sudah. Dan aku merasa begitu lembut cara Allah mempersiapkanku dan menggiring kehidupanku sedemikian rupa hingga ilmu agama menjadi pilihan pasti kuliahku. Padahal dulu, aku pernah akan masuk ke sebuah perguruan tinggi terbuka jurusan umum (PAUD), tapi akhirnya gagal kuikuti karena suatu sebab. Di saat yang sama, kuliah di bidang agama amat sangat tidak menarik bagiku saat itu. Hingga seringkali aku menolaknya dengan berbagai alasan. Bukan apa-apa, terus terang ilmu agama dasarku tidaklah seberapa.


'Lamborghini'ku yang setia mengantar
Tapi kini, di saat kesadaranku mulai muncul akan pentingnya belajar agama, di saat itu pulalah Allah membukakan jalan dan memudahkannya. Suami mendukung, anak-anakpun demikian. Jalan menuju ilmu pun terbuka lebar. Subhanallah! Benar-benar sebuah penantian dalam kesabaran yang berbuah kebahagiaan.
Share:

Popular

Pengunjung saat ini

Ruang Siar

Label

Label Cloud