MALAIKAT MAUT MENZIARAHI KITA SETIAP 21 MENIT



Shalihaat......Betapa sering malaikat maut melihat dan menatap wajah seseorang, yaitu dalam waktu 24 jam sebanyak 70 kali. Seandainya manusia sadar hakikat tersebut, niscaya dia tidak akan lupa untuk mengingat mati. Tetapi oleh karena malaikat maut adalah makhluk ghaib, manusia tidak melihat kehadirannya, sebab itu manusia tidak menyadari apa yang dilakukan oleh Malaikatulmaut.

Coba kita lihat!
1 hari=24 jam=1440 menit.
1440 menit/70 kali malaikat melihat kita=20.571 menit
Itu berarti Sang pencabut nyawa menziarahi kita setiap 21 menit.

Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Bahwa malaikat maut memperhatikan wajah manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang merenungi wajah seseorang, didapati orang itu sedang bergelak-ketawa. Maka berkata Izrail: ‘Alangkah herannya aku melihat orang ini, padahal aku diutus oleh Allah untuk mencabut nyawanya kapan saja, tetapi dia masih terlihat bodoh dan bergelak ketawa’.”

Seorang sahabat pernah bertanya: “Wahai Rasululloh, Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?” Rasululloh SAW menjawab: “Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas." 

(HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy)
Share:

MENCINTAI KEBERSIHAN



Dari membaca judulnya saja sudah bisa ditebak, akan kemana arah tulisan ini. Yuuppss…betul! Itu dia yang saya maksudkan. Melalui judul  ini saya ingin sedikit berbagi tentang kebersihan dan bagaimana kondisi sebagian masyarakat kita yang masih suka ‘nyeleneh’ soal yang satu ini. Pendidikan dari perguruan tinggi, namun soal kebersihan masih kalah sama anak TK. Fakta di hadapan membuktikan bahwa pendidikan tak selamanya menjadi  sebuah jaminan yang bisa menghantarkan seseorang pada kesadaran untuk peduli pada kebersihan. Pernah khan (kalau tidak dikatakan sering) Shalihaat mendapati, bagaimana mahasiswa sebuah perguruan tinggi agama masih suka menyembunyikan sampah bungkus makanan di bawah kolong meja hingga berhari-hari. Atau anak SMP/SMA “plung” melempar sampah keluar jendela. Atau serombongan ibu-ibu rihlah ke suatu tempat, makan disana dan membiarkan sampahnya. Atau ketemu seseorang yang berpandangan bahwa menjaga kebersihan hanyalah tugas seorang cleaning service. Padahal, bila hal kebersihan kita serahkan sepenuhnya pada petugas dan kita lepas tangan darinya, dimanapun tempatnya, kebersihan adalah sesuatu yang paling tak mungkin didapatkan.

Baru-baru ini, masih ingat dalam benak kita satu kejadian yang kemudian menjadi bahan pembicaraan di dunia maya. Bapak Walikota Bandung, Bapak Ridwan Kamil, berusaha keras untuk bisa membangun kota Bandung, menatanya dengan penuh kesungguhan. Background pendidikannya di bidang arsitek sangat mendukung itu semua. Bandung dipoles tata letak kotanya demikian terencana, kebersihan lingkungan diperhatikan, kesehatan masyarakat pun diperhatikan melalui program hari bebas rokok, “Car free Day”, dll. Maka, ketika acara Asia-Afrika KAA kemarin pun berlangsung di kota kembang ini, tentu saja, beliau bersama jajarannya bekerja keras demi mensukseskan acara tersebut, sekaligus ingin mengharumkan nama Bandung. Masyarakat Bandung menjadi bangga, itu sudah tentu. Jangankan masyarakatnya, kita saja yang bukan orang Bandung menireueus” melihat hasil kinerja Bapak Walikota yang satu ini. TOP deeeh. Namun apa yang terjadi setelah acara KAA berlangsung? Bandung yang tadinya begitu bersih, berubah menjadi penuh sampah yang bertebaran dimana-mana, kursi kota yang dipajang rusak, pot yang ada di sepanjang jalan diinjak-injak oleh masyarakatnya sendiri. Mereka seakan tak peduli dengan apa yang sudah dilakukan pemerintahnya. Memprihatinkan, bukan?! Inilah bukti nyata, betapa kebersihan itu baru sebatas dikagumi, namun tidak dicintai. Dan contoh seperti ini, akan dengan begitu mudah kita dapatkan di hampir sebagian besar masyarakat Indonesia.

Contoh Perilaku Jorok
Mari kita perhatikan, ada beberapa perilaku jorok yang  kerap kita lihat di sekitar kita kaitannya dengan kebersihan adalah:
1.      Kebiasaan masyarakat yang masih suka membuang sampah ke sungai-sungai, bahkan ke selokan-selokan kecil.
2.      Kebiasaan pedagang kaki lima yang kerapkali meninggalkan tempat berdagangnya penuh dengan sampah plastik, kertas, dll.
3.      Kebiasaan masyarakat yang suka melempar sampah dari kendaraan-kendaraan umum/pribadi.
4.      Kebiasaan membuang sampah di mana saja.
5.      Kebiasaan masyarakat yang kurang peduli untuk menyapu halaman dan trotoar depan rumahnya.
6.      Kebiasaan menyapu dan membiarkan sampahnya di dekat pintu rumah/ruangan.
7.    Kebiasaan para pelajar/mahasiswa suka membuang sampah makanannya di bawah kolong meja belajar. Sehingga jadilah kolong meja penuh dengan sampah hingga berbau.
8.  Kebiasaan meninggalkan suatu tempat tanpa membereskan bekas makannya terlebih dahulu sehingga sampah plastik/kertas bekas makannya dimana-mana.
9.      Meludah, buang air kecil, dan yang sejenisnya (maaf) di mana saja.
10.  Asyik-asyik saja walaupun belajar atau bekerja di tempat yang berdebu/kotor.
11.  Kurang bersih membersihkan bekas BAK saat di toilet umum.
12.  Membiarkan sampah bertumpuk-tumpuk
13.  Membiarkan pakaian yang bergelantungan di kamar tidur atau di kamar mandi.
14.  Menaruh pakaian kotor di mana saja.

Alasan dibalik perilaku di atas:
·        Rasa malas.
·        Alasan sibuk atau cape.
·        Adanya anggapan bahwa yang harus menjaga kebersihan itu adalah petugas kebersihan.
·        Kurang pahamnya sebagian besar dari kita bahwa sebenarnya peduli pada kebersihan itu adalah bagian dari keimanan seseorang.
·        Perilaku bersihan baru berlaku di rumah, namun tidak ketika berada di luar.
·        Kurangnya tong sampah di pinggir jalan atau di tempat-tempat umum.

Ternyata, dominan alasan seseorang mengabaikan kebersihan diri dan lingkungannya adalah faktor hati (kemalasan) dan pemahaman yang salah tentang kebersihan.  Padahal sebenarnya, tidak sulit kok untuk menciptakan sebuah lingkungan yang bersih. Asaaal….dilakukan bersama-sama. Sepanjang baru sebatas kesadaran pribadi, agak susah ya untuk bisa melakukan perubahan yang signifikan.

Salahnya pemahaman kita atas kebersihan juga berpengaruh banyak atas nilai hidup kita di keseharian. Kita sangka bahwa iman itu hanya berbicara masalah ibadah sebagai bentuk ketaatan kita pada Allah. Padahal, keimanan sendiri memiliki banyak cabang hingga 77 atau 60 cabang, dan kebersihan termasuk di dalamnya.

Rasulullah saw bersabda:
“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan 'La ilaha illallah' (tauhid), dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang iman." (HR. Bukhari, Muslim).

Mari kita lihat apa sajakah ketujuh puluh tujuh cabang tersebut dan kita tinggal mencocokkan apakah semuanya ada dalam diri kita, ataukah masih banyak yang lepas pada diri?! 

77 Cabang Keimanan
1.      Iman kepada Allah Azza wa Jalla
2.      Iman kepada para rasul Allah seluruhnya
3.      Iman kepada para malaikat
4.      Iman kepada Al-Qur’an dan segenap kitab suci yang telah diturunkan sebelumnya
5.      Iman bahwa qadar – yang baik ataupun yang buruk – adalah berasal dari Allah
6.      Iman kepada Hari Akhir
7.      Iman kepada Hari Berbangkit sesudah mati
8.      Iman kepada Hari Dikumpulkannya Manusia sesudah mereka dibangkitkan dari kubur
9.      Iman bahwa tempat kembalinya mukmin adalah Surga, dan bahwa tempat kembali orang kafir adalah Neraka
10.  Iman kepada wajibnya mencintai Allah
11.  Iman kepada wajibnya takut kepada Allah
12.  Iman kepada wajibnya berharap kepada Allah
13.  Iman kepada wajibnya tawakkal kepada Allah
14.  Iman kepada wajibnya mencintai Nabi saw
15.  Iman kepada wajibnya mengagungkan dan memuliakan Nabi saw
16.  Cinta kepada din, sehingga ia lebih suka terbebas dari neraka daripada kafir
17.  Menuntut ilmu, yakni ilmu syar’i
18.  Menyebarkan ilmu, berdasarkan firman Allah : “Agar engkau menjelaskannya kepada manusia dan tidak menyembunyikannya”
19.  Mengagungkan Al-Qur’an, dengan cara mempelajari dan mengajarkannya, menjaga hukum-hukumnya, mengetahui halal haramnya, memuliakan para ahli dan huffazh-nya, serta takut pada ancaman-ancamannya
20.  Thaharah
21.  Sholat lima waktu
22.  Zakat
23.  Puasa
24.  I’tikaf
25.  Haji
26.  Jihad
27.  Menyusun kekuatan fii sabilillah
28.  Tegar di hadapan musuh, tidak lari dari medan peperangan
29.  Menunaikan khumus
30.  Membebaskan budak dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah
31.  Menunaikan kaffarat wajib : kaffarat pembunuhan, kaffarat zhihar, kaffarat sumpah, kaffarat bersetubuh di bulan Ramadhan ; demikian pula fidyah
32.  Menepati akad
33.  Mensyukuri nikmat Allah
34.  Menjaga lisan
35.  Menunaikan amanah
36.  Tidak melakukan pembunuhan dan kejahatan terhadap jiwa manusia
37.  Menjaga kemaluan dan kehormatan diri
38.  Menjaga diri dari mengambil harta orang lain secara bathil
39.  Menjauhi makanan dan minuman yang haram, serta bersikap wara’ dalam masalah tersebut
40.  Menjauhi pakaian, perhiasan, dan perabotan yang diharamkan oleh Allah
41.  Menjauhi permainan dan hal-hal sia-sia yang bertentangan dengan syariat Islam
42.  Sederhana dalam penghidupan (nafkah) dan menjauhi harta yang tidak halal
43.  Tidak benci, iri, dan dengki
44.  Tidak menyakiti atau mengganggu manusia
45.  Ikhlas dalam beramal karena Allah semata, dan tidak riya’
46.  Senang dan bahagia dengan kebaikan, sedih dan menyesal dengan keburukan
47.  Segera bertaubat ketika berbuat dosa
48.  Berkurban : hadyu, idul adh-ha, aqiqah
49.  Menaati ulul amri
50.  Berpegang teguh pada jamaah
51.  Menghukumi diantara manusia dengan adil
52.  Amar ma’ruf nahi munkar
53.  Tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa
54.  Malu
55.  Berbakti kepada kedua orang tua
56.  Menyambung kekerabatan (silaturrahim)
57.  Berakhlaq mulia
58.  Berlaku ihsan kepada para budak
59.  Budak yang menunaikan kewajibannya terhadap majikannya
60.  Menunaikan kewajiban terhadap anak dan isteri
61.  Mendekatkan diri kepada ahli din, mencintai mereka, dan menyebarkan salam diantara mereka
62.  Menjawab salam
63.  Mengunjungi orang yang sakit
64.  Mensholati mayit yang beragama Islam
65.  Mendoakan orang yang bersin
66.  Menjauhkan diri dari orang-orang kafir dan para pembuat kerusakan, serta bersikap tegas terhadap mereka
67.  Memuliakan tetangga
68.  Memuliakan tamu
69.  Menutupi kesalahan (dosa) orang lain
70.  Sabar terhadap musibah ataupun kelezatan dan kesenangan
71.  Zuhud dan tidak panjang angan-angan
72.  Ghirah dan kelemahlembutan
73.  Berpaling dari perkara yang sia-sia
74.  Berbuat yang terbaik
75.  Menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua
76.  Mendamaikan yang bersengketa
77.  Mencintai sesuatu untuk saudaranya sebagaimana ia juga mencintainya untuk dirinya sendiri, dan membenci sesuatu untuk saudaranya sebagaimana ia juga membencinya untuk dirinya sendiri

Kalau begitu, bagaimana agar kita bisa menjadi pelaku yang mencintai kebersihan?
Tiada cara lain selain merubah kebiasaan lama dengan membiasakan diri hidup bersih di manapun dan kapanpun serta berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melekatkan satu persatu dari ke-77 cabang keimanan di atas. Insyaallah. Tak ada yang tak mungkin sepanjang kita mau berusaha.

Wallahu’alam.
Share:

Popular

Pengunjung saat ini

Ruang Siar

Label

Label Cloud