CURAHAN HATI SEORANG ISTRI



Pujaan hatiku, bisakah kau sedikit turunkan nada suaramu?!
Tak perlu kau lakukan itu hanya untuk menjawab satu pertanyaanku saja.
Pertanyaanku sederhana dan telah cukup bagimu untuk menjawabnya dengan kalimat sederhana pula. Tanpa nada tinggi bertekanan, tanpa pelototan.
Hatiku ciut. Hatiku terluka……tahukah kau akan itu, wahai suamiku?!

Bisakah kau tunjukkan rasa sayangmu dalam setiap perkataanmu?!
Jangan jadikan diam sebagai andalan, dan sekali perkataan menyakitkan.
Tak perlu gombal, tak perlu lebay…cukup ucapkanlah sesuatu yang membuatku tenang, sehingga hari-hari terlewatkan dengan banyak kenyamanan.
Tahukah kau akan itu, wahai suamiku?!

Diamku adalah usaha terbaikku untuk mampu mendengar, menelan, dan menyimpan segala kecewa.
Baikku adalah usaha untuk menyembuhkan luka dihati.
Senyumku adalah peringan beban hati.
Kesibukanku adalah obat amnesia bagi rasa sakit atas malam yang bersembunyikan tangisan.
Tahukah akan itu, wahai suamiku?!

Ingatlah ketika dulu kau minta diriku dari kedua orangtuaku.
Kau yakinkan aku pada keputusan besar hidupku.
Dan kau tawan aku dengan akad nikahmu.
Buku hijau bertuliskan namamu dan namaku mungkin terlalu lama kau simpan hingga tak sempat kau baca untuk sekedar mengingatkanmu.

Pintaku tak banyak, karena bisa hidup berdampingan penuh kasih sayang denganmu itu sudah lebih dari cukup untukku.
Kesabaranmu….itu harapku,
Kelembutan katamu…itu dambaku,
Perlakuan baikmu…..itu keinginanku,
Tatapan sayangmu….itu pintaku.

Bukankah hidup akan terasa damai dan indah bila semua dijalani dengan cinta penuh kasih sayang?!
Yang tertuang dalam perilaku keseharian.
Yang terlahir dalam ucapan,
Yang terkuatkan dalam tatapan.

Biarlah, hanya potret kenangan pernikahan yang semakin buram.
Namun jangan pada potret kenyataan pernikahan.

Pahamkah itu, wahai suamiku?!

(Curahan ini terinspirasi oleh beberapa keluhan Shalihaat yang datang menemui, atau beberapa message yang dikirimkan. Curahan yang mungkin bisa mewakili harapan banyak hati. Karena sejatinya, tiadalah yang dicari dalam sebuah pernikahan kecuali KEBAHAGIAAN. Semoga bermanfaat.)
Share:

12 komentar:

  1. Hal itu sama yg seperti saya rasakan mbak saya sllu sabar dan brharap suami saya akn berubah setelah 4 tahun menikah dansaat ank pertama saya berusia 3 tahun dstu saya sedang mngandung ank ke 2 saya malaj dstu dy mulai brbhg slgkh dan kasar tiap mlm ntes airmata ini suamiku adalah seorang pelaut dy klo ud tugas dikontrak 10 bln aku tau mgkin krnnjarak itu mkny dy slgkuh tpi sungguh sakit hati ini tpi aku ttap memaafkn nya dan memilih utk ttap brtahan demi cinta dan buah hati ku insyaallah skrg suami saya udah agk berubah tdk ksar lagi. 💑

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masyaallah, Mbak Rani luar biasa sabar dan tegar. Semoga kesabaran dan pengorbanan Mbak kelak berbuah kebaikan dalam pandangan-Nya. Insyaallah, kesabaran seorang istri dapat menjadi jalan perubakan menuju kebaikan bagi seorang suami.

      Hapus
  2. Hal itu sama yg seperti saya rasakan mbak saya sllu sabar dan brharap suami saya akn berubah setelah 4 tahun menikah dansaat ank pertama saya berusia 3 tahun dstu saya sedang mngandung ank ke 2 saya malaj dstu dy mulai brbhg slgkh dan kasar tiap mlm ntes airmata ini suamiku adalah seorang pelaut dy klo ud tugas dikontrak 10 bln aku tau mgkin krnnjarak itu mkny dy slgkuh tpi sungguh sakit hati ini tpi aku ttap memaafkn nya dan memilih utk ttap brtahan demi cinta dan buah hati ku insyaallah skrg suami saya udah agk berubah tdk ksar lagi. 💑

    BalasHapus
  3. Suami sy menikah lagi, sdh 3 bulan ini, akan sy pertahankan rumah tangga sy, hanya dgn kesabaran & doa, smoga saya sanggup melewati ujian ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiyn ya rabbal'alamiyn. Semoga Allah senantiasa memberkahi Mbak.

      Hapus
  4. Saya baru setahun menjalani pernikahan saya,saya menikah dengan jarak usia 13 tahun,sebelumnya suami saya pernak menikah dan memiliki 2 putri yang semua mengikuti saya dan suami saya.waktu sebelum menikah saya pernah bertengkar hebat,namun itu tidak memutuskan saya untuk tidak menikah.karena saya pikir kalau saya bersabar mungkin saya bisa melanjutkan.namun setelah menikah hubungan saya dan suami sering mengalami pertengkaran.suami berkata kasar kepada saya,selalu bilanh tolol,otak ndak pernah di pikir,goblok,bodoh dan semua kata2 kasar selalu saya dengan di setiap pertengkaran.namun sekarang mkn hati saya sudah sangat tersayat,karena masalah orang luar yang sudah seperti keluarga,suami saya selalu membela mereka,jika saya salah bertindak suami saya selalu mengatai saya,dan ini terjadi lagi...saya harus bersabar lagi?terkadang saya berpikir untuk hidup sendiri karena saya sudah tidak terbebani dengan keluarga saya ini.saya bisa berdoa dengan tenang,bisa menikmati hidup saya...apa langkah yang harus saya lalukan?

    BalasHapus
  5. Saya baru setahun menjalani pernikahan saya,saya menikah dengan jarak usia 13 tahun,sebelumnya suami saya pernak menikah dan memiliki 2 putri yang semua mengikuti saya dan suami saya.waktu sebelum menikah saya pernah bertengkar hebat,namun itu tidak memutuskan saya untuk tidak menikah.karena saya pikir kalau saya bersabar mungkin saya bisa melanjutkan.namun setelah menikah hubungan saya dan suami sering mengalami pertengkaran.suami berkata kasar kepada saya,selalu bilanh tolol,otak ndak pernah di pikir,goblok,bodoh dan semua kata2 kasar selalu saya dengan di setiap pertengkaran.namun sekarang mkn hati saya sudah sangat tersayat,karena masalah orang luar yang sudah seperti keluarga,suami saya selalu membela mereka,jika saya salah bertindak suami saya selalu mengatai saya,dan ini terjadi lagi...saya harus bersabar lagi?terkadang saya berpikir untuk hidup sendiri karena saya sudah tidak terbebani dengan keluarga saya ini.saya bisa berdoa dengan tenang,bisa menikmati hidup saya...apa langkah yang harus saya lalukan?

    BalasHapus
  6. Salam bahagia Mbak Esi.

    Ijinkan saya untuk sedikit berbagi ya Mbak. Walau, sampai dengan saat ini bab tentang kerumahtangaan saya pun masih harus terus belajar. Alhamdulillah, usia pernikahan saya sudah hampir mencapai 19 tahun.

    Mbak, pernikahan yang baru berumur satu tahun, masih begitu teramat muda. Katanya ujian pernikahan pada lima tahun pertama adalah masalah penyesuaian diri, saling mengenal sifat dan kebiasaan maisng-masing.Jadi wajarlah, banyak hal-hal yang seringkali membuat kita terkejut Mbak ketika mengetahui suami kita setelah menikah. Rasanya begitu jauh berbeda dengan sebelum menikah dulu.

    Ketika keadaan sudah dingin, sampaikan pada suami tentang apa yang Mbak rasakan atas sikap kasar suami dan sikap bagaimana yang Mbak harapkan darinya. Namun dalam waktu bersamaan, perbaiki pula cara marah/kesal kita pada suami agar dapat meminimalkan sikap temperamentnya. Kalau saya ambil istilah Bunda Wening: berusaha marah dengan bijak.

    Tambahi terus ilmu, terutama ilmu agama karena dia akan menjadi bekal bagi kita dalam menghadapi aneka macam persoalan dalam rumah tangga. Ilmu adalah pencerah bagi hati, penyejuk bagi jiwa, dan penunjuk atas baik dan benarnya sikap kita.

    Mbak Esi yang shalihah, insyaallah, seiring bertambah usia perniakahan, semakin satu sama lain akan saling mengenal dan memahamai. Jadi Mbak, saya sarankan buang jauh-jauh keinginan untuk berpisah. Bersabarlah dan perkuat benteng pertahanan diri dengan selalu mendekatkan diri pada Allah swt. Wallahu alam bishshawab.

    BalasHapus
  7. Saya sudah 4 tahun menikah, tetapi rumah tangga yang saya jalani tidak seperti halnya orang yang sudah berkeluarga. Saya hanya bertemu jika suami saya pulang kerja, tetapi setiap suami pulang kerumah suami tidak pernah berbicara sekedar basa basi menyakan kabar atau apapun, setiap saya bertanya hanya dijawab dengan anggukan dan bahkan sering tidak diharukan. Bukankah dalam pernikah komunikasi itu penting untuk saling menjaga, saya sudah pernah bertanya kekurangan an kesalahan saya kepda suami saya, mengutarakan semua isi hati saya. Tapi tanggapannya seperti biasa. Bahkan saya pernah sempat untuk bunuh diri, karna sudah tidak tahan lagi untuk berpura-pura tahan terhadap sikapnya. Suami saya memang tidak menikah lagi (atau selingku), tapi saya sanggup dengan sikap diam suami saya yang seakan akan saya tidak ada disampingnya.

    BalasHapus
  8. Cerita mba membuat saya menangis ... Karna saya pun merasakn hal yang sma ... Hanya saja masalah ekonomi yg berbeda .. suami saya bekerja hanya untuk mengumpulkan uang bukan untuk menyenangkan saya ... Bila uangnya saya pake untuk urusan saya dia marah dan menyebut saya tak bisa menyimpan uang... Dan saya tak ad hak mengatur hidup nya...itu katanya ....

    BalasHapus
  9. Ak pengen cerita isi hati ak
    Dn minta pendapat smua disini
    Pengen ungkapin isi hati ak

    BalasHapus

Popular

Pengunjung saat ini

Ruang Siar

Label

Label Cloud