Lepas Ramadhan tahun ini,
Allah pertemukan dengan sosok-sosok dengan basuhan pengalaman yang membuat
mereka harus banyak mengelus dada. Diperlakukan berbeda hanya karena alasan
ekonomi. Dari mulai picingan mata sampai dinobatkan selalu menjadi bagian "dapur"
pada setiap moment kumpul keluarga. Di saat yang lain gembira penuh gelak tawa,
dia harus merelakan dirinya melayani semua.
Seakan hendak menumpahkan
segala ketidaknyamanan masa lalu, berusaha mengurangi beban rasa dengan cara
mengulang kembali sejarah perjalanan hidupnya. Seandainya jebol pertahanan,
barangkali genangan air mata akan dengan mudah saya dapati di antara sudut
matanya. Tapi tidak, mereka adalah sosok kuat dan tegar oleh asam garam
kehidupan.
Merasakan betul bagaimana
aneka perasaan yang berkecamuk di dalam sana. Sebuah hati yang selalu
memerlukan berbilang bulan untuk sembuh dari luka, sama seperti ketidaknyamanan
yang harus disimpan baik-baik menyadari keadaan yang tak menguntungkan kita.
Tapi seburuk apapun
pengalaman kita, jangan pernah biarkan sedikitpun terselip rasa dendam. Selalu
miliki hati baik. Berusaha untuk memaafkan, sambil terus kita evaluasi sikap
salah diri yang memperkeruh hati. Bilalah kelak keadaan beranjak naik, Itulah
waktu tepatuntuk menunjukkan sikap terbaik hasil ujian yang Allah beri: jangan
pernah lakukan apa yang dulu mereka lakukan pada kita. Memaafkan dan tetap
menghargai mereka adalah sebuah harga yang pantas untuk menyentuh nuraninya
yang mungkin sedang terbuai kekhilafan. Lebih penting dari itu semua adalah agar
hati kita TENANG dan menyadari bahwa kita pun tak selamanya benar.
(Ramadhan 1438 H/2017 M)