RUMAHKU SURGAKU



Suatu hari, Wanda bersama teman sekelasnya di Taman Kanak-Kanak diminta oleh sang guru untuk membuat gambar keluarga. Setiap anak-pun menggambar. Setelah selesai kemudian dikumpulkan dan dinilai.

Hasilnya, Wanda mendapat nilai tanda bintang dan sebatang coklat dari Ibu Guru. Betapa senangnya dia. Maka begitu tiba di rumah, dia berlari menghampiri ibunya dan menunjukkan hasil karyanya.

Malam harinya, Wanda menunggu dengan setia kepulangan ayahnya. Begitu terdengar suara mobil masuk ke garasi rumah, secepat kilat Wanda berteriak senang dan berlari ke pintu. Menghambur pada ayahnya yang terlihat kaget sambil berkata, “Yah, tadi Wanda gambar rumah di sekolah. Sama Bu Guru dikasih nilai bintang sama coklat.”
“Oya?! Mana gambarny?” Tanya sang ayah.
“Ini rumah kita, Yah. Ini Mama, yang ini pohon. Yang ini adik Lala, dan ini Bibi. Bagus khan, Yah?!” Tanya Wanda sambil melirik senang pada ayahnya.
“Bagus sekali. Tapi lho...mana ayahnya? Kok gak ada?” Tanya ayahnya mengernyitkan dahi.

Dengan enteng Wanda menjawab, “Ayah khan jarang di rumah.”

Pelajaran yang bisa kita petik:
Berada di rumah memang bukan segala-galanya, namun penting. Bekerja dan berada di luar rumah akan berbatas waktu (hingga pensiun), namun berada dan membina hubungan baik di rumah tak berbatas waktu.

Keluarga memerlukan keberadaan kita seumur hidup.

Perlu kejerbihan hati dan kebijaksanaan yang sungguh-sungguh dalam mengatur waktu untuk keluarga dan kerja, mengingat bahwa memberikan perhatian yang optimal kepada keluarga merupakan INVESTASI SEUMUR HIDUP yang tidak akan dilupakan oleh keturunan kita kelak. Home sweet home!
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular

Pengunjung saat ini

Ruang Siar

Label

Label Cloud