Terkenang beberapa puluh tahun yang lalu, saat
jilbab yang kukenakan belumlah seperti ini rasanya jadi malu hati. Maklum, saat
itu busana muslimah yang kukenakan nampaknya sangat jauh sekali dari tuntunan
Rasulullah Saw.
Dari ilmu yang diperoleh melalui pengajian, juga
support teman-teman yang tak pernah henti, serta dorongan yang full energi dari
suami dan anak-anak mendorong banyak metamorfosis yang kulakukan.
Alhamdulillah! Tapi tentu saja, bukan berarti
segalanya baik-baik. Proses perubahan ini terjadi melalui perjuangan yang tidak
mudah.
Shalihaat...berbekal dari panjangnya pengalaman dari
proses pencarian jati diri Islami inilah, membuatku sedikit banyak bisa
memahami saudari muslimah lainnya yang tengah bermetamorfosis. Tak hendak dalam diri untuk memaksakan sesuatu,
apalagi menjudge si fulanah begini, si fulanah begitu, hanya dikarenakan
penampilan semata, rasa-rasanya saya ingin sekali berbagi dengan Shalihaat
tentang cara ‘lembut penuh cinta’ yang bisa kita lakukan dalam mengajak saudari
muslimah kita untuk berjilbab.
Aku
Dengan Caraku
Dalam Ensiklopedia Islam, dakwah berarti mengajak
kepada Islam. Adapun menurut Wikipedia, dakwah itu adalah kegiatan yang
bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa
ta'ala
sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam.
Jadi point-nya dakwah itu adalah ajakan untuk
membawa pada kebaikan berdasarkan tuntunan ajaran agama kita. Adapun cara
berdakwah bisa kita lakukan dengan berbagai maca cara sesuai dengan kapasitas
dan kemampuan kita masing-masing bil
hikmah (dengan hikmah).
Allah Swt berfirman, “Ajaklah mereka itu ke jalan
Tuhanmu dengan kebijaksanaan dan nasihat dengan baik.” (QS. An-Nahl: 125)
Seorang ibu bisa berdakwah dengan kapasitasnya
sebagai seorang ibu.
Seorang pendidik bisa berdakwah dengan kapasitasnya
sebagai seorang pendidik.
Seorang pelajar pun bisa berdakwah sesuai dengan
kapasitasnya saat itu.
Jadi, berdakwah tidak selalu diartikan berada di
belakang mimbar. Atau menunggu kita memiliki kesempatan untuk berceramah di
depan khalayak ramai. Kelamaan dooong.....!Padahal mengajak orang lain pada
kebaikan itu merupakan sebuah kewajiban. Kapanpun, dimanapun kita bisa
berdakwah dengan cara dan gaya kita.
Ada beberapa hal yang paling mungkin bisa dilakukan
setiap orang dalam berdakwah:
1.
Melalui
fashion
Dakwah
melalui contoh adalah yang paling menghujam hati setiap orang yang melihatnya
daripada kita banyak mengumbar kata, namun miskin pengamalan. Contoh nyatanya
adalah bagaimana para artis yang hijrah berkerudung sangat menginspirasi
penggemarnya untuk melakukan hal yang sama. Atau seorang designer pakaian
muslimah Dian Pelangi mampu menghipnotis dan menggiring selera masyarakat
kalangan berada untuk berpakaian lebih tertutup.
Masyarakat
kita haus akan contoh. Maka berbicara tentang dakwah dalam ranah yang satu ini,
siapkanlah diri kita untuk menjadi contoh baik dalam berpakaian, berpenampilan
bersih, menarik, dan pandai pula dan memadupadankan warna serta corak pakaian.
Tapi
bukan berarti segala cara dilakukan untuk membuat orang tertarik dengan busana
muslimah hingga rambu-rambu aturan agama pun kurang diperhatikan.
Naaahh...disinilah letaknya kreativitas yang tetap syar’i itu diperlukan. Bagaimana
kita bisa membabat habis segala macam anggapan orang bahwa dengan pakaian
muslimah syar’i penampilan kita akan menjadi kamseu’upay, kayak ibu-ibu, melalui karya dan cara berbusana
muslimah kita dengan kerudung panjang dan gamis longgar, tapi tetap chic dan
menarik. Setujuuu????
Allah
Swt berfirman, “Hai
Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS. Al Ahzab
: 59)
2. Melalui kinerja/prestasi
Ucapan
yang disampaikan oleh seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan, keahlian
atau kinerja yang baik, akan lebih banyak didengar dibanding mereka yang
‘biasa-biasa’ saja. Karenanya, sebagai apapun dan dalam bidang manapun
berusahalah untuk memberikan yang terbaik dari setiap tugas dan tanggung jawab
kita sehingga apa yang telah kita lakukan memotivasi orang lain melakukan hal
yang sama pada bidangnya.
Rasulullah
Saw bersabda, “Sebaik-baik pekerjaan
adalah usahanya seseorang pekerja apabila ia berbuat sebaik-baiknya.” (HR
Ahmad)
Sejarah
Islam membuktikan, hanya melalui move on
lah dakwah Islam bisa sampai kemana-mana. Bahkan Islam mengalami kejayaannya.
Itu artinya berbicara Islam adalah juga berbicara tentang move on, gerak,
semangat, kinerja, dsb.
So, show it dan be a new
idol for the others....Shalihaat!
3. Melalui akhlak yang baik
Ujung
dari keberhasilan sebuah pendidikan/dakwah itu adalah lahirnya/munculnya akhlak
baik. Jadi bagaimana mungkin kita bisa mentransfer semangat kebaikan pda orang
lain apabila kita sendiri kelimpungan dalam menunjukkan akhlak yang baik.
Akhlak
baik dapat tercermin melalui raut muka, lisan (ucapan), sikap, perilaku
sehari-hari, sosialisasi dengan sesama, dll.
4. Menjaga lisan
Bagian
dari akhlak pula adalah pandainya kita dalam menjaga lisan. Tidak asal yang
dirasa itulah yang diucapkan. Asal emosi lepas, itulah yang dikatakan.
Disamping itu pula, apa yang kita ketahui tidak harus selalu dikatakan
semuanya. Segalanya ada kadarnya dan ada saatnya.
Kemampuan
seseorang dalam menjaga lisannya dapat menunjukkan ciri dari kematangan emosi
seseorang (tingkat kedewasaannya). Bahkan lisan pula bisa menunjukkan lurus
tidaknya keimanan. Orang-orang yang seperti inilah yang biasanya suaranya akan
lebih didengar. Ingatlah bahwa kata-kata yang bagus itu mempunyai pengaruh pula
dalam jiwa dan dapat meresap dalam qalbu.
Rasulullah
Saw bersabda, “Belum dinamakan lurus keimanan seseorang itu sehingga lurus pula
hatinya. Dan belum juga dinamakan lurus hatinya sehingga luruslah lisannya. Dan
tidak akan masuk surga seseorang yang tetangganya itu belum dapat merasa aman
dari kejahatan-kejahatannya. “ (HR Ibnu Abiddunya dan Kharaithi’)
Sedangkan
orang yang cablak (tak pandai menjaga
lisan) bukanlah karakter yang patut ditiru. Dia hanyalah ramai terdengar namun
miris dalam tuntunan.
Rasulullah
Saw bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah
berkata yang baik atau diam.” (HR Bukhari-Muslim)
Shalihaat,
bahasa dakwah adalah bahasa hati. Artinya sesuatu yang terlahir dari hati,
pasti akan hati pula yang menerimanya. Kepandaiannya dalam menjaga lisan adalah
suatu bukti bagaimana setiap yang akan diucapkannya selalu dikembalikan ke
hati.
5. 3M
Suatu
perubahan tidak dimulai dari hal yang besar. Namun dia berangkat dari hal-hal
yang kecil namun dawam (biasa) kita
lakukan. Itulah biasanya yang akan menghantarkan kesuksesan seseorang.
So....bila kita berkehendak untuk bisa menjadi bagian dari sebuah perubahan
‘besar’ maka siapkanlah diri kita untuk melakukan sesuatu dalam 3M-nya KH Abdullah
Gymnastiar:
Mulai dari diri sendiri,
Mulai dari yang kecil, dan
Mulai saat ini.
Sejujurnya sampai saat ini saya masih terus belajar
dan menggali ilmu agama. Banyak hal yang masih luput dari pengetahuan dengan
tingkat pemahaman agama yang juga belum seberapa, namun sangat berharap banyak bahwa
melalui sharing dalam tulisan ini banyak hal yang bisa tergali dan ada manfaat
yang dapat didapati. Semoga.
Wallohu’alam bishshowab.
(Penulis: Puri Megawati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar