UJIAN ADALAH CARA ALLAH MEMPERBAIKI


Tidak satupun manusia di muka bumi ini yang luput dari berbagai macam ujian baik berupa kesusahan maupun kesenangan. Dia adalah sahabat setia kehidupan yang akan selalu ada di sepanjang kehidupan manusia. Di mana ada kehidupan di sana pula akan didapati ujian. Sekalipun manusia berusaha mengucilkan diri dari pergaulan ataupun bersembunyi di sebuah gua nun jauh di hutan sana, masalah atau ujian akan selalu ada.

Allah swt. Berfirman, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu akan dikembalikan. “  (QS. al-Anbiya: 35)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa makna dari ayat di atas adalah bahwa Allah akan menguji manusia terkadang dengan kesenangan, agar nampaklah siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa yang berputus asa.
Dengan demikian ujian adalah sebuah keniscayaan kehidupan.  Mau tak mau, suka tak suka, ujian yang terangkum dalam takdir baik dan buruk atas apa yang Allah tetapkan dalam kehidupan kita haruslah dihadapi. Sebagai seorang muslim, tentu saja kita berharap bahwa melalui ujian hidup maka ridha Allah bisa kita dapatkan.

Dalam satu hadist disebutkan, “Besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Oleh karena itu, barangsiapa ridha (menerima cobaan tersebut), maka baginya keridhaan, dan barangsiapa murka maka baginya kemurkaan.” (HR. Ibnu Majah)


Ada beberapa hikmah dibalik setiap ujian yang Allah berikan, di antaranya adalah:

Sebagai obat untuk membersihkan seluruh kotoran dan penyakit hati sehingga seorang hamba akan meraih pahala sempurna dan kedudukan tinggi di sisi Allah swt. Ada barangkali sisa-sisa kekesalan, rasa marah, kebencian yang bercokol di hati dan sulit kita obati. Melalui ujian, Allah membantu kita untuk memunculkan sebuah kesadaran, memelihara perasaan tak baik hanya akan menyakiti hati sendiri. Memaafkan justru jauh melapangkan dada dan memberi ketenangan.

Sebagai jalan untuk menyempurnakan penghambaan dan ketundukan seorang mukmin di hadapan-Nya. Seringkali melalui ujian seorang hamba semakin bertambah dekat dengan Tuhannya. Ibadah menjadi lebih khusyu, sungguh-sungguh dalam berdoa, dzikir pun tak lepas dari lisannya. Dalam ketidakberdayaan, Allah-lah yang bisa memberikannya kekuatan. Dalam kelemahannya, Allah-lah yang memberikannya pertolongan.

Masalah kerapkali membantu kita untuk memperbaiki diri. Hal salah yang terjadi di masa lalu, kemudian kita perbaiki di masa kini. Tempaan masalah pula yang mendidik kita untuk bisa memperbaiki sikap diri, kualitas ibadah, memperindah kesabaran, menertibkan fikiran, membersihkan hati, dan lebih mengenal diri. Potensi kebaikan diri selalu datang di balik sebuah ujian.

Mendidik mental semakin kuat. Tak mudah galau, panik, dan lebay. Masalah ada, hadapi, dan atasi. Tak membiarkan diri larut dalam kesedihan dan kemarahan berkepanjangan, karena sadar itu hanyalah akan merusak diri sendiri. Cukuplah, barang beberapa saat lamanya, selebihnya kembali move on dan melanjutkan perjalanan kehidupan.
Allah swt. Berfirman, “...supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. “ (QS. al-Mulk: 1-2)

Setiap ujian selalu menyisakan banyak pelajaran. Tidak bisa dipungkiri setiap ujian selalu memberikan banyak pelajaran dalam kehidupan. Pada mulanya barangkali sulit untuk bisa mendapati hikmah pelajaran, seiring berjalannya waktu barulah kita menyadari kebaikan-kebaikan dari peristiwa yang telah lalu yang kita anggap tidak menyenangkan dan menyesakkan dada. Akhirnya, lisan pun akan berucap “alhamdulillah”. Wallahu’alam bishshawab.

Shalihat, semoga kita senantiasa dapat belajar dan diberikan kepekaan hati utnuk dapat memunguti setiap hikmah pelajaran yang berceceran sepanjang kehidupan kita. Sehingga dari satu ujian kepada ujian lainnya ada banyak perubahan dan perbaikan yang terjadi dalam kehidupan kita. Semakin kita mengenal diri dan mengenal Dia Sang Penguasa Alam yang menciptakan segenap alam semesta beserta isinya. Aamin.




Share:

HATI-HATI WAHAI HATI


Heureuynya para lelaki, obrolan biasa jadi tambah seru kalau materi ini sudah jadi bumbunya. Eits.....ternyata setelah dipelajari, ada hal yang salah telah berlaku selama ini.

Saya buat ringkasan tausiyah yang disampaikan oleh Buya Yahya. Semula hanya akan dijadikan konsumsi pribadi saja, tapi setelah difikir-fikir tak ada salahnya saya share melalui blog ini. Siapa tahu bisa bermanfaat bagi siapapun yang memerlukannya.

Saya tulis utuh dengan sedikit perubahan penempatan kalimatnya saja agar lebih runut. Insyaallah, tidak sampai merubah konten ceramah yang beliau sampaikan.


Masalah Poligami

Poligami tidak memerlukan izin dari istri pertama
Seseorang yang  ingin menikah lagi dengan istri yang kedua, tidaklah harus dengan izin istri pertama. Tidak ada pendapat satu pun yang mengharuskan itu. Akan tetapi di dalam melakukan poligami itu sendiri, Nabi saw. melakukannya karena diperintah oleh Allah swt. Sehingga yang memilihkannya pun adalah Allah swt. Akan tetapi, bagi pengikut Nabi saw. apabila ingin melakukan itu semuanya ada aturannya terkait dengan keadilan, kesiapan dalam memberikan nafkah lahir batin yang maknanya pendidikan, dst. Intinya, tidaklah mudah bagi seseorang di dalam melakukan poligami. Tidak bolehlah orang mengatakan poligami itu adalah sunnah Nabi saw.

Ketetapan hukum poligami menjadi berbeda bagi pengikut Nabi saw.
Walaupun memang, sunnah itu adalah apa-apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw, akan tetapi bagi pengikutnya, belumlah tentu (poligami) menjadi sunnah.

Fikirkan dengan matang
Jadi bagi para pria yang ingin melakukan poligami harus berfikir ulang tentang kemampuannya di dalam kesiapannya memberikan nafkah, mendidik keluarga, bersikap adil, dst.

Poligami bukanlah untuk berbangga-bangga
Urusan poligami bukanlah urusan berbangga-bangga karena dapat menikah dengan satu, dua, tiga orang istri. Itu merendahkan kaum wanita. Akan tetapi lakukanlah karena memang ada maksud yang sangat jelas, ada kebutuhan untuk melakukannya, dan bukan untuk berbangga-bangga diri.

Kaum wanita tidak boleh menolak syari’at poligami
Di sisi lain, kaum wanita pun jangan sampai mengingkari tentang syariat poligami ini, karena (hukumnya) jelas. Hal ini dilakukan oleh Nabi saw. serta para ulama. Akan tetapi memang benar, semuanya ada aturannya. Apabila dengan satu istri saja, seorang suami belum mampu mendidiknya dengan baik, sikapnya terhadap keluarga masih kasar, anaknya tak karuan, nafkahnya masih kurang, bahkan banyak orang berpoligami itu karena ada masalah dengan istri yang pertama. Ini akan bermasalah jadinya. Akan tetapi bagaimana hendaknya dia itu apabila ingin melakukan itu semuanya difikirkan dengan matang, dan banyak orang yang pada akhirnya menemukan keindahan dengan cara seperti ini. Hal ini tidak bisa dinafikan, demikian juga oleh kaum wanita.

Berhati-hati di dalam mengambil keputusan untuk poligami
Ingatlah, kaum pria harus berhati-hati dalam hal ini, jangan sampai masuk ke dalam kemungkaran, seolah-olah dia menjalankan suatu kebaikan, akan tetapi ternyata malah menuai petaka, menuai musibah, mendapat masalah karena salah di dalam cara mengambilnya.

Kemampuan setiap wanita berbeda dalam menerima poligami
Di sisi lain, lihatlah dari kemampuan wanitanya. Ada wanita yang bersedia dipoligami, ada juga wanita yang belum mampu melakukannya. Semuanya sesuai dengan kekuatan masing-masing. Kalau ada seorang wanita yang dengan sukarela dipoligami, bahkan bersedia mencarikan istri kedua, dst bagi suaminya, bukanlah sesuatu hal yang tidak mungkin. Ada seseorang yang sakit, karena begitu cintanya kepada istrinya, dia tidak berani mengatakannya, tapi istrinya....mungkin kebutuhannya adalah di situ. Bukan hal yang mustahil. Sebab keridhaan Allah itu unik. Kadang Allah berikan sesuatu kepada seseorang, tidak peduli apakah itu dunia. Kita bisa lihat ada seseorang yang masuk Islam meninggalkan kekayaan orangtuanya, hijrah dari gaji yang tinggi karena Allah swt. Termasuk ada wanita yang mencari keridhaan dengan hal seperti ini. Ada. Tapi ingat, janganlah semuanya dipaksa untuk bisa melakukan hal ini. Ini adalah bab fadhail, kemuliaan wanita-wanita pilihan yang memiliki hal-hal seperti ini. Jangan dipungkiri, dan jangan direndahkan oleh hal seperti ini.

Jangan merendahkan wanita yang rela dipoligami
Ini lho yang kadang menjadi masalah sekarang ini. Wanita yang rela dimadu justru direndahkan, dikatakan bahwa dia tidak memiliki ini (ada kekurangan maksudnya, pen). Atau di sisi lain ada orang yang berbangga-bangga bila suaminya tidak menikah lagi. Pernikahan bukanlah untuk dibangga-banggakan di depan manusia. Bersyukurlah bila suami hanya memiliki istrinya hanyalah dia, kemudian bersungguh-sungguhlah dalam mengabdi kepadanya. Jangan menjadi sombong dan memandang rendah saudari muslimah lainnya yang mau dipoligami. Seakan poligami itu adalah sesuatu yang harus dihindari.

Ada suami yang hanya memiliki satu istri, dan dia merasa cukup, alhamdulillah. Tapi bila ada yang ingin melangkah yang kedua, haruslah berfikir ulang. Intinya, jangan bermain-main dalam hal yang demikian ini.

Jangan jadikan poligami sebagai guyonan
Ada sementara orang yang setiap hari bicara sedikit-sedikit poligami... poligami.... poligami. Apakah akan menjadi mainan poligami?! Seakan-akan Islam mendidik kerendahan.

Ada sekalangan para suami yang sedikit-sedikit bicara poligami dengan lelaki yang lainnya. Bahkan menjadikannya guyonan.

A: “Anaknya berapa? “

B: “Jangan tanya anaklah. Tanya istri dong. ”

Mengapa jadi mainan begini?!

Poligami adalah satu. Seperti halnya pernikahan adalah satu. Satu istri saja ada yang haram hukumnya (Imam an-Nawawi dalam Babbun Nikah), apalagi dua, tiga, dan empat.
Jadi mohon, kita harus pelan-pelan, mohon kepada Allah swt. atas petunjuk-Nya, dan jangan jadikan bahan-bahan (guyonan).

Lakukan poligami sendiri dan jangan mengajak pada yang lainnya
Dan kita jangan mengajak orang lain. Bila Anda sudah bisa melakukan hal yang serupa, jangan ajak-ajak yang lainnya, karena belum tentu temannya itu mampu melakukannya. Bila dia terpengaruh lalu mengikuti Anda, dan dia tidak mampu, Anda telah merusak rumah tangganya. Ini adalah syari’at Nabi Muhammad saw. Biarkanlah berjalan dengan sendirinya. Jadi kedua belah pihak tidak boleh menjadikan syari’at ini rendah.

Banyak orang mencibir syariat poligami karena perilaku pelaku poligami yang tidak benar
Di sisi lain bagi laki-laki yang main-main menjadikan syari’at Nabi Muhammad saw, maka Anda juga telah berlaku dzalim. Dzalim terhadap syari’at. Sehingga yang terjadi sekarang ini adalah banyak orang yang akhirnya mencibir poligami karena para pelaku poligami yang tidak benar.

Poligami bukanlah untuk diekspos, dipamerkan, berbangga-bangga telah memiliki istri lebih dari satu. Seolah dia hebat, dsb. Bukan itu. Imam Mouzali tidak menikah dan beliau hebat, tidak ada urusannya dengan itu.

Bicaralah poligami dengan tulus
Bicarakanlah poligami dengan tulus, bukan karena ingin berbangga-bangga. Istri adalah untuk disembunyikan, bukan untuk dipamerkan.

Poligami jangan dihindari dan jangan pula dikejar-kejar
Jangan seorang wanita memandang rendah wanita lainnya yang dipoligami, seakan poligami itu adalah sesuatu hal yang harus dihindari. Sama seperti janganlah kaum lelaki melihat poligami sebagai sesuatu yang harus dikejar-kejar. Akan menjadi problem. Biarkan segala sesuatunya mengalir sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dan akan ada aturan sendiri dari Allah swt.Jangan main-main dengan poligami, baik dari pihak wanita maupun laki-laki.

Semoga Allah memberikan kebahagiaan dan kemuliaan di rumah kita dalam keadaan apapun. Berbahagia dengan istrinya, dan bahagia dengan suaminya. Jangan sampai hidup ini menjadi neraka, sebelum masuk ke dalam neraka jahanam. Jangan!!!
Di saat kesempitan bisa bahagia. Di saat lapang pun bahagia apalagi. Saat sakit, bahagia. Saat sehat lebih bahagia lagi.

Kebahagiaan itu ada di dalam hati seorang hamba yang menjalani. Semoga Allah menjaga kita semuanya. Wallahu ‘alam bishshawab.

Tulisan ini diambil dari tausiyah yang disampaikan oleh Buya Yahya di bawah ini:





Share:

KEBAIKAN DIBALIK PROFESI IBU RUMAH TANGGA

Tulisan ini saya buat sebagai bentuk rasa syukur betapa beruntungnya berprofesi sebagai seorang ibu rumah tangga. Dulu, sempat terjebak pada perasaan tak pede, merasa tidak beruntung ketika melihat teman-teman wanita saat sekolah di SMA dulu kehidupannya berhasil secara ekonomi. Bekerja di sebuah perusahaan besar, bergaji besar, bisa pergi kemana-mana baik untuk urusan pekerjaan maupun sekedar jalan-jalan. Bikin iri.

Beruntunglah, pengalaman dan pemahaman beranjak lebih baik. Sehingga kini muncullah sebuah kesadaran dan melihat peran sebagai Ibu Rumah Tangga dari kacamata yang baru. Intinya, menyenangkan.

Bagaimana tidak menyenangkan, semakin menyadari bahwa dalam peran yang satu ini terdapat begitu banyak kebaikan yang bisa diperoleh seorang wanita, dan itu barangkali agak sulit diperoleh oleh profesi lainnya. Apa sajakah itu??? Mari kita lihat satu per satu:

Rumah adalah tempat kerja yang paling nyaman

Senyaman-nyamannya kita bekerja di luar, rumah tetap adalah tempat ternyaman bagi kita, kaum perempuan. Selain minim bersentuhan (baca: berinteraksi) dengan lawan jenis, juga melindungi kita dari kemungkinan munculnya fitnah bersinggungan dengan mereka. Bukankah, fitnah dengan lawan jenis kerap terjadi di perkantoran. Waktu yang lebih banyak dihabiskan di tempat kerja, intensitas komunikasi dengan lawan jenis yang cukup tinggi untuk urusan pekerjaan, godaannya besar, Shalihat, bila kita tak pandai menjaga diri dan hati.

Sedangkan berada di rumah, insyaallah lebih terjaga, paling tidak dari berinteraksi secara fisik dengan lawan jenis kita. Paling banter yang akan lebih sering kita temui, ya keluara sendiri: suami, anak-anak, saudara, dan keluarga besar lainnya.

Fleksibel mengatur waktu

Bekerja di rumah sendiri, dengan atasan ya diri sendiri, sangat memungkinkan kita untuk mengatur keseluruhan waktu yang kita miliki. Dari mulai urusan rumah, anak-anak, suami, kepentingan diri sampai aktifitas di luar rumah, semua bisa disesuaikan sesuai kebutuhan. Kita pun bisa membuat skala prioritas sehingga tugas rumah satu per satu dapat dikerjakan dengan baik tanpa terkendala batasan waktu. Apabila ada urusan yang bentrok, akan teramat mudah untuk men-set ulang kegiatan yang sudah direncanakan.

Bila saat itu pekerjaan usaha sampingan sedang membutuhkan perhatian, dan urusan anak-anak aman, pekerjaan dapat kita dahulukan. Tapi saat anak-anak sedang membutuhkan kehadiran ibunya, pekerjaan bisa kita tunda sejenak tanpa perlu takut kena tegur atasan atau deadline yang ditetapkan perusahaan. Selain itu, hal yang paling melegakan adalah, kebutuhan kita untuk terus menuntut ilmu (agama terutama) dapat terpenuhi. Hidup kita penuh keseimbangan dan dinamika dalam satu minggunya. Bervariasi dan terpenuhi. Masyaallah.

Shalihat, waktu benar-benar bisa kita atur, dan sepenuhnya ada di tangan kita.


Bisa lebih dekat dengan anak

Tidak ada yang paling membahagiakan bagi seorang ibu selain dia bisa menyaksikan sendiri tumbuh kembang buah hatinya, kapan anaknya bisa bilang “hao hakeng”, mengucapkan kata “mama-papa”, bisa merangkak, berdiri, berjalan, tepuk tangan, bernyanyi, dsb. Sampai tak sedikit para ibu yang exciting dengan anaknya mencatat detil setiap perkembangan yang ada dalam Buku Catatan Perkembangan Anaknya.

Intinya, menjadi seorang Ibu Rumah Tangga, sangat memungkinkan kita memiliki waktu yang cukup untuk bisa bersama anak-anak. Ada untuk mereka kapanpun mereka membutuhkan. Saat anak pergi sekolah, pun ketika mereka kembali pulang ke rumah, ibunyalah yang akan mereka dapati pertama kali. Kita pula orang yang akan dicari ketika mereka ingin bercerita atau curhat pengalamannya seharian di sekolah. Tertawa bersama, sesekali guyon, bukankah itu moment yang menyenangkan?!

Total mengabdi untuk keluarga

Pekerjaan sebagai seorang Ibu Rumah Tangga bukan hal yang mudah. Hawa kesibukannya sudah tercium mulai dari kita bangun tidur pagi hari hingga tertidur kembali malam hari. Urusan anak tak pernah beres, melayani suami mengharuskan kita “ready” saat dibutuhkan. Walau memungkinkan untuk seorang wanita berperan ganda, ya sebagai seorang Ibu rumah Tangga, ya sebagai wanita karier, tapi tentu saja ada keterbatasan-keterbatasan saat kita mengerjakan kedua peran tersebut. Dan rasa lelahnya ituuuu.....berganda kita rasakan. Di rumah kerja, keluar rumah kerja, pulang ke rumah kerja lagi. Masyaallah, bukan hal yang mudah. Dengan keberanian mengambil salah satu peran diantaranya, amat membantu kita untuk bisa total mengerjakannya. Bisa lebih fokus, dan sayang pada diri sendiri untuk tidak terlalu memforisr tenaga.

Bisa membuka usaha sampingan di rumah

Biasanya, seiring dengan bertambahnya usia anak, semakin berkurang ketergantungan mereka terhadap orangtuan. Anak-anak semakin mandiri, memiliki group bermainnya sendiri, mulai sibuk dengan aktifitas sekolahnya. Dan tarrrraaaa.....kita pun mulai memiliki waktu lebih luang di rumah. Inilah saatnya yang paling tepat utnuk seorang ibu Rumah Tangga mulai melirik untuk bisa mengembangkan potensi baik dan keterampilan yang dimilikinya. Tidak harus selalu berujung berupa keuntungan uang, bertambahnya kemampuan diri pun adalah sebuah keberuntungan.

Jadi Shalihat bisa mengembangkan kemungkinan membuka usaha yang dikelola dari rumah. Jualan jaman sekarang khan tak selalu mengharuskan kita mempunyai toko atau pun barang. Jualan online sedang trend, menjadi reseller, jadilah kita seorang pedagang. Pilihan usaha lainnya adalah menjahit, membuka toko atau warung kecil-kecilan, menerima pesanan kue/catering, membuat asssesories, bercocok tanam hidroponik, dll.

Memiliki waktu untuk menekuni hobby

Saya memiliki beberapa hobby, beberapa di antaranya sedang ditekuni, sebagian masih berupa keinginan agar suatu saat bisa diwujudkan:  hobby siaran, menulis, dan bercocok tanam. Kalau siaran itu sudah ditekuni sejak dari kelas tiga SMP. Menulis itu hobby baru-baru ini ketika bersentuhan dengan media sosial. Sedangkan hobby bercocok tanam, berharap kelak bisa memiliki lahan untuk mengembangkan hidroponik. Cakep ya kalau sampai kesampaian. Semoga.

Kalau Shalihat, hobbynya apa? Coba tuliskan di kertasnya masing-masing. Keren lho ternyata, kita bisa menekuni hobby yang kita suka. Apalagi mendapati kemampuan kita semakin bertambah baik. Masyaallah....alhamdulillah.

Ternyata ya, Shalihat, menjadi Ibu Rumah Tangga itu sangat ramah dengan hobby-hobby  kita. Kapanpun bisa kita lakukan tanpa terkendala oleh waktu. Sepanjang kita mau....it’s OK.

Itu dia Shalihat, beberapa hal kebaikan yang bisa kita dapatkan dengan peran kita sebagai seorang Ibu Rumah Tangga. Kebaikan-kebaikan lainnya tentu saja masih ada. Saya batasi saja hanya beberapa yang disebutkan. Selebihnya, silahkan Shalihat cari dan tuliskan sendiri di buku catatannya masing-masing. Semoga, semakin bertambahnya deretan kebaikan yang berhasil ditemukan, semakin bertambah rasa syukur kita dengan peran mulia ini. Tak salah keputusan yang kita ambil selama ini. Dan di sinilah kita gapai surga melalui jihad di Rumah Tangga. Insyaallah.
Share:

MENJADI IBU RUMAH TANGGA YANG BAHAGIA

Pekerjaan ibu rumah tangga sebagai bentuk ibadah dan ketaatan kepada Allah swt.

Yakinkan pada diri kita bahwa setiap apapun yang kita kerjakan di dalam rumah tangga dari mulai mengelola pekerjaan rumah tangga, melayani suami, mendidik anak-anak, dll akan mendapatkan pahala terbaik di sisi Allah swt. sepanjang kita niatkan sebagai ibadah dan bukti ketaatan kita terhadap-Nya dengan mengabdikan diri pada keluarga. Ketaatan istri pada suami adalah jaminan surganya.

Dari Abu Hurairah RA., Rasulullah bersabda, “Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktunya, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya)

Mengapa kita harus memasang niat yang lurus di awal? Ya, karena itu akan sangat menentukan terhadap seluruh kualitas setiap pekerjaan kita di rumah dan memberi “ruh” atas apapun yang kita lakukan. Ada sesuatu yang kita tuju, bukan sekedar agar suami tetap sayang, rumah tangga bahagia, akan tetapi lebih jauh dari itu semua, yaitu memperoleh ridha-Nya.

Rasulullah saw. Bersabda,
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban dari apa yang dipimpinnya. Seorang Imam (pimpinan) adalah pemimpin dan ia akan dimintai pertanggung jawaban dari apa yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin di keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang khadim (pembantu) adalah pemimpin pada harta tuannya (majikannya), dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Pekerjaan rumah tangga tidak dianggap sebagai beban

Niat Lillaah dalam menjalani peran sebagai seorang ibu rumah tangga, pemahaman yang baik atas setiap tugas dan tanggung jawab kita di sana, dan tujuan akhir yang jelas untuk memperoleh ridha-Nya melalui profesi kita sebagai ibu rumah tangga menjadi mood booster tersendiri. Bila ladang ibadah berpahala tinggi ada di rumah, mengapa mesti berlelah-lelah mencari di luar?! Sebagaimana pekerjaan kantoran selalu mendapat perhatian, apatah lagi pekerjaan sebagai ibu rumah tangga layak mendapatkan hal lebih dari itu.

Miliki Me Time

Menghindari diri dari kejenuhan akibat aktifitas rutin pekerjaan rumah tangga, selalu miliki Me Time. Meluangkan waktu untuk sejenak menyenangkan diri sendiri melalui beragam kegiatan, misalnya sekedar jalan-jalan bersama anak/pasangan, melakukan perawatan diri di salon, berkebun, mengunjungi teman/sahabat, bersilaturahmi ke rumah saudara, dll. Sedikit waktu yang kita ambil untuk merecharge kembali semangat yang boleh jadi perlahan berkurang akibat rutinitas.

Bergaul

Menjadi ibu rumah tangga bukan berarti seharian kita berada di rumah dan mengurusi keluarga sehingga hampir tak ada waktu untuk bersosialisasi dengan sekitar. Islam mengajarkan kita untuk selalu seimbang dalam melakukan sesuatu. Ada saat bekerja, ada saat istirahat. Ada saat di rumah, ada saat bergaul dengan sesama. Ada saat sendiri ada saat pergi mengaji. Kehidupan itu berwarna, penuh dinamika. Terlalu cenderung melakukan hal sama, membosankan. Selalulah penuh keseimbangan.

Terlibat pada aktifitas kemasyarakatan

Ada banyak pertimbangan bagi seorang ibu untuk ikut terlibat dalam aktifitas kemasyarakatan saat anak-anak berada di usia golden age (0 – 5 tahun). Ketergantungan mereka yang amat sangat, kebutuhan besar mereka akan kehadiran sosok seorang ibu, mau tak mau membuat langkah kita tertahan dengan sendirinya. Keluarga adalah hal yang harus lebih kita prioritaskan di atas kepentingan lainnya.

Seiring dengan anak-anak beranjak besar, tingkat ketergantungan mereka yang mulai berkurang, kita pun memiliki waktu lebih luang. Sedikit demi sedikit libatkanlah diri kita pada salah satu aktifitas sosial/dakwah yang ada di lingkungan tempat kita tinggal. Keterlibatan kita di sana akan menambah kenalan, menambah wawasan, sekaligus menebar kemanfaatan bagi sesama. Apalagi apabila kita memiliki sebuah keterampilan yang bisa kita bagikan pada yang lainnya. Alhamdulillah.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. ” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ No. 3289).

Melek ilmu

Semakin bertambah usia, semakin bertambah besar tantangan hidup yang harus dihadapi. Tingkat ujian yang Allah berikan pun semakin tidak mudah. Bila diri tidak dibekali dengan ilmu yang memadai, alamat kelimpungan menghadapi segala masalah kehidupan. Karenanya, sekalipun usia sudah tidak muda lagi, anak-anak pun beranjak dewasa, jangan pernah berhenti untuk terus menimba ilmu, terutama ilmu agama.

Bekal ilmu akan sangat membantu kita dalam menjalani kehidupan dan meraih ketenangan hidup. Karunia besar berupa ketenangan inilah salah satu hal menghantarkan kebahagiaan pada profesi kita sebagai seorang ibu rumah tangga.

Imam asy-Syafi’i mengatakan:
“Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu”.

Memiliki jadwal yang teratur

Keteraturan selalu berbanding lurus dengan perasaan lega dan bahagia. Pekerjaan dapat diselesaikan pada waktunya tanpa harus terburu-buru. Sebagian di antara kita ada yang terbiasa menyusun jadwal kegiatan sehari-hari dan menempelkannya di tempat yang terlihat hanya untuk sekedar mengingatkan, dan jangan sampai ada pekerjaan yang terlewatkan. Namun sebagian yang lainnya ada yang cukup mengingat gambaran besarnya, untuk kemudian dikerjakan keesokan harinya. Kedua pilihan, sama-sama baiknya bergantung bagaimana kebiasaan kita sebelumnya.

Keteraturan hidup akan membawa kita pada pintu kebahagiaan.

Meluangkan waktu untuk berolahraga

Kegiatan sehari-hari di rumah termasuk ke dalam kategori aktivitas fisik (physical activity), hal ini seringkali disebutkan dalam konteks yang sama dengan latihan fisik atau olahraga (exercise), padahal sebenarnya mereka adalah dua istilah yang mewakili sejumlah kegiatan yang berbeda.

Aktivitas fisik dijabarkan sebagai segala gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot rangka dan menghasilkan kenaikan pengeluaran energi yang bermakna. Sedangkan latihan fisik atau olahraga (exercise) adalah sebuah subkategori dari aktivitas fisik yang dilakukan di waktu senggang dimana dilakukan gerakan-gerakan tubuh yang terencana, terstruktur, dan berulang/repetitif untuk meningkatkan atau mempertahankan salah satu atau seluruh komponen kebugaran fisik. Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa latihan fisik atau olahraga merupakan bagian dari aktivitas fisik, tetapi merupakan dua hal yang berbeda, baik secara definisi dan manfaat.

Dengan demikian, aktifitas pekerjaan rumah tangga tidaklah sama dengan olahraga. Oleh karenanya, sesibuk apapun kita, luangkanlah waktu untuk berolahraga agar badan tetap fit sekalipun keseharian begitu banyak pekerjaan yang harus dikerjakan, melayani suami pun bisa ditunaikan dengan baik tanpa keluhan lelah.

Easy going

Dunia rumah tangga luar biasa perjuangannya. Banyak pengalaman dan masalah yang akan kita temukan di sana. Kadang konsep diri tentang rumah tangga harus berkompromi dengan keadaan sesekali waktu, agar diri tak stress kelelahan alias easy going (santai). Misalnya: idealnya rumah kita terjaga kerapihan dan kebersihannya, namun sesekali mendapatinya dalam keadaan berantakan saat anak-anak kita bermain, tak apalah. Nikmati ruangan yang tak berupa, mainan tercecer di mana-mana, ramainya renyah tawa anak-anak, bahkan teriakannya sekalipun.

Shalihat, sebuah kabar baik bagi para orangtua, ternyata anak yang tidak bisa diam berkorelasi positif dengan tingkat kecerdasannya. Menurut Howard Gardner, pakar perkembangan anak, ada delapan jenis kecerdasan, linguistik (bahasa), matematika, visual spasial, musik, interpersonal, intrapersonal, kinestetik, dan naturalis. Jika anak sangat pintar menggunakan kemampuan motoriknya, semisal mahir menari, bermain sepak bola, atau berenang, berarti anak memiliki kecerdasan kinestetik, yaitu kecerdasan dalam melakukan gerakan tubuh dan anggota badan.

Share:

Popular

Pengunjung saat ini

Ruang Siar

Label

Label Cloud