BAHAGIA SEBAGAI IBU RUMAH TANGGA



Cara Pandang Mempengaruhi Sikap Atas Pekerjaan
Pengalaman mengatakan:  tak ada profesi yang penuh dengan perjuangan selain menjadi seorang ibu rumah tangga. Sebuah pekerjaan yang tak mengenal jam kerja, hari libur, dan penghasilan. Pekerjaan yang minim penghargaan, namun penuh tuntutan dan memerlukan skill serta kecerdasan. Bermental baja, berdaya juang tinggi adalah prasyarat lainnya. Mau menambah ilmu, serta bersedia belajar dari kesalahan adalah bagian dari kemauan yang harus dimiliki karena pekerjaan ini  beresiko terkena jenuh tingkat tinggi.  Bagaimana tidak…..hampir setiap hari kita berada di tempat yang sama, dengan pekerjaan yang sama pula. Bila tugas tak dikerjakan, maka berantakanlah semua hal seharian. Pencapaian akhirnya adalah menjadikan keluarga sakinah ma waddah wa rahmah dan anak-anak yang shalih/ah. Dan untuk menuju kesana bukan dengan sekali jentik jari dan bilang “simsalabim”. Target akhir yang besar memerlukan perjuangan waktu yang panjang.

Oleh karena itulah mengapa seringkali pekerjaan ini dirasa sangat tidak menyenangkan. Pekerjaan seharian berkutat di rumah dengan bumbu kejenuhan yang kerap datang. Alhasil, sang ibu pun tidak bahagia dengan apa yang ada di hadapan. Semua serba salah.

Saya jadi teringat dengan cerita seorang ibu yang mengatakan bahwa dia bisa lembur kerja di kantor hingga malam, dan dia happy. Namun, saat dihadapkan pada pekerjaan rumah tangga, baru juga sebagian dikerjakan, rasa lelah sudah melanda.

Tapi di lain kesempatan, pernah juga bertemu dengan seorang ibu yang terlihat baik-baik saja dengan urusan rumah tangganya, padahal suaminya sakit, dan dia pun memiliki aktivitas lain di luar rumah. Setiap kali ditanya, apakah pekerjaannya: pasti dia akan mengatakan: saya seorang ibu rumah tangga. Tak kentara di wajahnya rasa malu atau ketidakpedean. Justru keadaan terbalik. Yang bertanya merasa tidak percaya dan mengatakan: Ibu rumah tangga yang punya perusahaan dimana-mana, ya Bu?!

Dua kejadian pada hal yang sama memberikan pelajaran bagi kita, bagaimana cara pandang kita atas pekerjaan yang dilakukan, apapun itu profesinya (termasuk sebagai seorang ibu rumah tangga), ternyata berpengaruh banyak pada kehidupannya:
1. Sikap penghargaan atas pekerjaan
2. Perasaan bahagia

Menjadi Bahagia
Tidak ada pekerjaan yang salah sepanjang itu halal. Yang bermasalah barangkali cara pandang kita terhadap pekerjaan yang dikerjakan. Menilai suatu pekerjaan hanya semata dari sisi profit, pasti ujung-ujungnya akan pilih-pilih pekerjaan. Gengsi diperbesar. Semangat terkatrol oleh ada tidaknya keuntungan. Gaji besar  bahagia, gaji kecil, bekerja seadanya.

Ini dia letak masalahnya, bila dunia menjadi tujuan. Semua menjadi serba hitung-hitungan. Untung-rugi telik dikalkulasikan. Padahal kita semua tahu, hidup tak hanya sampai disini, namun akan berlanjut hingga akhir nanti. Karena itulah, nilai ibadah harus kita masukkan menjadi bagian utama setiap pekerjaan. Termasuk profesi sebagai ibu rumah tangga.

Bekerja di kantor itu sebenarnya melelahkan. Namun mengapa kita mau melakukan itu? Karena kita tahu, ada gaji yang diharapkan setiap awal bulan.
Bekerja siang malam banting tulang itu menyita banyak perhatian, dan menguras tenaga. Tapi mengapa kita rela bekerja sedemikian? Karena kita tahu, ada promosi jabatan yang sedang ditawarkan.

Demikian pula halnya sebenarnya dengan urusan pekerjaan rumah tangga bisa jadi menyenangkan, asal kita memiliki tujuan yang benar. Bila selama ini tak ada semangat, atau minimal melakukan dengan seadanya, boleh jadi dikarenakan kita tidak memiliki tujuan ‘emas’. Kita tidak tahu, ada gaji berupa pahala (berbonus pula) yang Allah sediakan, dan juga ada promosi menuju surga yang Allah tawarkan. Catatan perjuangan dan kerja keras dalam pekerjaan rumah tangga begitu mendetil, dan lengkap. Hitungan ganjarannya jelas, bahkan seringkali Allah lipatgandakan dengan rahmat-Nya. Adakah manusia hebat yang biasa melakukan pencatatan demikian terinci hingga tak ada yang terlewati?! Yang royal dalam memberikan gaji?! Tak akan pernah ada.

Jadi bila….
Menyapu lantai itu melelahkan, semua orang tahu itu. Itu akan berubah menyenangkan bila ganjaran Allah jadi tujuan.
Mencuci itu memberatkan, semua orang tahu itu. Itu akan berubah menyenangkan bila akhirat jadi kejaran.
Memasak itu makan hati, apalagi bila tidak dicicipi. Tapi tetap akan menyenangkan bila ridha Allah yang dinanti.

Pada akhirnya, kesadaran mengingatkan bahwa:
Sepanjang kita tahu ilmunya, pasti tujuannya….tidak ada pekerjaan yang tidak menyenangkan. Demikian pula dengan pekerjaan sebagai seorang IBU RUMAH TANGGA.
Share:

CINTA BERPAYUNG IMAN



Cinta itu indah. Seindah Tuhan menciptakan pelangi, dan sekaya bumi. Menaungi alam raya dengan kelembutan kasihnya dan mengokohkan dasar bumi dengan  kekuatan sayangnya.

Tak ada yang nampak kurang dalam pandangan kala cinta sudah menyapa. Cinta menjadikannya begitu sempurna. Keindahan berwujud dalam setiap sisi. Lapang-sempit, mudah-sulit, buruk-baik, galau-damai. Tak ada beda, tak ada cela.

Cinta membuat keyakinan tak pernah luntur, prasangka baik tak pernah pudar.
Apa yang diberikan, itulah karunia kenikmatan. Apa yang luput dari genggaman, itulah karunia keselamatan. Kadang kealpaan membuat kadar cinta berkurang, namun dia tak pernah sampai membuat cinta hilang. 

Pijakan kaki di bumi kuat dilangkahkan, itu karena cinta.
Suara lantang disampaikan, itu karena cinta.
Perjuangan penuh semangat dikobarkan, itu karena cinta.
Onak duri berhasil dilewati pun, itu adalah buah cinta.

Cinta, penguat bagi si lemah, dan opor keberanian bagi sang pejuang kebenaran.
Demikianlah cinta bila terpayungi keindahan Sang Pemberi Cinta.

Cinta hilang, pudar sudah keindahan. Hilang pula kedamaian. Bumi dirusakkan, norma diabaikan. Pandangan tersilaukan, perasaan dimabukkan. Arah hidup tak tentu tujuan. Seperti sedang menuju pulau harapan, padahal fatamorgana yang selalu jadi acuan.  Seperti kuat, padahal dia lemah. Seperti berani, padahal menyimpan cemas hati.

 Jangan sampai cinta hilang, karena itu akan membutakan pandangan, menumpulkan akal, cahaya hati padam, dan hidup pun penuh dengan kegelapan.  Karena cinta adalah busur arah kehidupan yang akan tepat membawa kita menuju sasaran kebahagiaan di Kampung Keabadian.
Share:

DUA KEELOKAN


*Keindahan Bidadari Surga*

Allah swt berfirman, “Di dalam surga, terdapat bidadari-bidadari yang sopan, yang menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan? Seakan-akan biadadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. Ar-Rahman: 56-58)


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sekiranya salah seorang bidadari surga datang ke dunia, pasti ia akan menyinari langit dan bumi dan memenuhi antara langit dan bumi dengan aroma yang harum semerbak. Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Azza wa Jalla berfirman, 'Aku siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh pikiran.' ” (HR. Bukhari dan Muslim)

*Eloknya Wanita Dunia*

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”


Beliau shallallahu’‘alaihi wa sallam menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”

Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”

Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’ ” (HR. Ath Thabrani)
Share:

Popular

Pengunjung saat ini

Ruang Siar

Label

Label Cloud