BERKERUDUNG SAJA TIDAK CUKUP



Mari kita undang, jemput kebaikan demi kebaikan dalam kehidupan kita. Waktu kita terbatas, tapi deretan perjuangan begitu panjang. Bila tidak sekarang dimulai, kapan lagi kesempatan baik bisa datang. Bukankah kematian selalu mengintai kita kapanpun, dan dimanapun. Dalam satu hari Malaikat Maut datang menengok kita setiap 21 menit sekali.   

Tak ada satupun yang bisa menjamin esok lusa kita masih bisa menghirup nafas dalam-dalam, merasakan nikmatnya kesehatan, indahnya kehidupan, dan bahagianya berkumpul bersama keluarga. Maka jalanilah setiap hari secara sadar bahwa hari itu adalah hari yang akan menjadi bagian catatan sejarah kehidupan kita dimana segala amal diperhitungkan tanpa satupun yang terlewatkan dalam sebuah buku yang ber-raqmun (bernomor).

Janganlah seperti orang kebanyakan seperti yang digambarkan oleh Dr. A’idh Abdullah al-Qarni dalam karya bukunya yang berjudul “Silahkan Terpesona” yaitu mereka yang senang berkumpul tidak karuan dan melalukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Senang duduk-duduk di pinggir jalan bertanya tentang pelbagai berita tentang cuaca, dan mengikuti apa saja yang bersuara. Jika mereka datang ke suatu pesta, mereka duduk berlama-lama, tertawa tanpa sebab dan takjub pada hal-hal yang tak menarik. Isi obrolannya hanyalah pernikahan si ini,perceraian si itu. Si Zaid pergi ke negeri anu, dan si Umar datang dari negeri anu. Jika kita membicarakan ilmu pengetahuan di hadapan mereka, mereka tertidur. Jika kita membicarakan kematian, mereka bubar. Mereka berkumpul,kekacauan pun timbul. Mereka pergi, ketenanganpun datang. Na’udzubillah.

Shalihaat, usia kita semakin bertambah, kemampuan fisik pun perlahan semakin berkurang, daya ingat melemah, dan jatah kesempatan hidup pun memendek. Akankah waktu yang kita miliki dihabiskan hanya untuk bercerita tentang masa lalu, peristiwa-peristiwa keseharian, dan tanpa hanya menyisakan waktu yang sedikit, sangat sedikit, untuk ilmu, ibadah, atau amal shalih?! Kita semua tentu sepakat, jawabannya adalah tentu saja TIDAK.

Cita-cita terbesar kita semua kelak di yaumil akhir berada dalam kelompok orang-orang yang masuk ke dalam surga-Nya. Taman kehidupan keabadian dengan segala kenikmatan tak terbayangkan yang Allah sediakan untuk hamba-hmaba terkasih-Nya. Tiket menuju kesana memerlukan perjuangan dan usaha yang tak putus kita lakukan saat berada di dunia dengan keadaan iman yang seringkali naik turun bak roller coster, kondisi hati yang bergerak lurus dan terkadang berbelok arah, serta kerap bercokolnya penyakit-penyakit hati. Subhanallah,  sebuah perjuangan yang memerlukan kesungguhan besar.

Karenanya, manakala Allah telah mudahkan bagi kita untuk berkerudung dan menutup seluruh aurat kita, perjuangan hidup belumlah usai sampai di sana. Banyak perubahan yang harus dilakukan, banyak perbaikan yang mesti diusahakan di atas sikap istiqamah dalam menjalankannya.

Shalihat, berkerudung saja belum cukup sebelum kita....
Memaksimalkan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat. Waktu semenit  saja bisa kita pergunakan untuk beragam kegiatan bermanfaat: membaca al-Qur’an, berdzikir, membaca buku, berdoa di antara adzan dan iqamat, bershalawat atas Nabi, menghapal ayat al-Qur’an. Di dunia menulis, dalam semenit  kita bisa menghasilkan tulisan beberapa baris.

Kesemuanya, mari kita kalikan dalam seminggu, sebulan, bahkan setahun. Maka berkat semenit, kita bisa mengasah keterampilan, meningkatkan daya ingat, memperluas wawasan. Dan bahkan dari semenit pula akan membuat Allah ridha pada kita, menghapus kesalahan-kesalahan, dan memberikan pahala kebajikan.

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
“Demi masa (1). Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian (2). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajiakan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk keasabaran (3). “

Jangan biarkan pertambahan usia tidak memberikan pertambahan kemampuan apapun. Sungguh merugi. Ukuran kebahagiaan kita bukanlah karena travelling ke berbagai daerah, wisata kuliner, gonta-ganti barang bermerk, pakaian yang fashionable, muka kinclong hasil perawatan di spa-spa. Ukuran sejatinya kebahagiaan adalah ketika kita mendapati ada sesuatu yang bertumbuh dalam pemahaman amal sebagai buah ilmu, ada yang berkembang dalam kemampuan sebagai buah dari pelatihan dan pembiasaan, ada semangat cinta ekabiakan yang semakin mekar dalam hati.

Menjadikan al-Qur’an sebagai bacaan wajib
Banyak keutamaan yang terkandung di dalamnya, diantaranya adalah:

Pertama, menjadi perniagaan yang tidak akan merugi.
Allah berfirman: "Sesungguhnya orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak merugi." (QS al-Fathir: 29).

Kedua, merupakan amal yang terbaik.
Rasulullah bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya." ( HR Bukhari).

Ketiga, mendapat derajat atau kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT.
Rasulullah bersabda: "Orang yang membaca Alquran dengan mahir akan bersama-sama malaikat yang mulia lagi taat (HR Bukhari dan Muslim).

Keempat, mendapat sakinah (ketenangan jiwa) dan rahmat (kasih sayang).
Rasulullah bersabda: "Tidaklah berkumpul suatu kaum dalam satu rumah Allah untuk membaca dan mempelajari Alquran kecuali turun atas mereka sakinah dan rahmat serta diliputi oleh malaikat serta Allah sebut di hadapan malaikat (sisi-Nya)." (HR Muslim).

Kelima, mendapat sebaik-baik anugerah Allah SWT.
Rasulullah bersabda dalam hadis qudsi, Allah berfirman: "Barang siapa yang sibuk dengan Alquran dan zikir dari meminta-Ku, aku akan memberikan kepadanya sebaik-baik anugerah-Ku. Keutamaan kalamullah (Alquran) atas kalam-kalam selainnya seperti keutamaan Allah atas semua makhluk-Nya." (HR Tirmidzi)

Keenam, seperti buah utrujah yang wangi dan lezat.
Rasulullah bersabda: "Perumpamaan orang beriman yang membaca Alquran seperti buah utrujah; aromanya wangi dan rasanya lezat, perumpamaan orang beriman yang tidak membaca Alquran itu seperti kurma; tidak beraroma tapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Alquran itu seperti buah raihanah, aromanya wangi tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Alquran seperti buah handhalah (semacam labu) ; tidak beraroma dan rasanya pahit." (HR Bukhari dan Muslim).

Ketujuh, mendapat kebaikan berlipat ganda.
Rasulullah bersabda: "Barang siapa membaca satu huruf dari kitabullah baginya satu kebaikan. Satu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." (HR Tirmidzi).

Kedelapan, memberikan syafaat ketika hari kiamat kelak.
Rasulullah bersabda: " Bacalah Alquran, sesungguhnya pada hari kiamat ia akan memberikan syafaat kepada pembacanya." (HR Muslim).


Namun, mengetahui ini saja tidak cukup. Belum tentu lantas menjadikan seseorang sampai pada pemahaman pentingnya membaca al-Qur’an terkecuali dengan terus belajar ilmu agama. Hanya itu satu-satunya.

Perlu waktu dan ilmu untuk memahami dengan baik mengapa kita perlu membaca al-Qur’an. Kadang sekali mendengar, belum dipedulikan. Dua kali mendengar sedikit perhatian diberikan. Tiga kali mendengar mulai penasaran. Empat kali mendengar merasa diingatkan. Lima kali mendengar mulai menyimak. Selanjutnya dipraktekkan. Demikianlah, tabiat kesadaran dan kebaikan kerap memerlukan pengulangan yang berulang.

Hal lain yang biasanya menambah semangat kita mendawamkan diri membaca al-Qur’an adalah dengan terus belajar memperbaiki bacaan al-Qur’an kita melalui pelajaran tahsin. Mengenal makharijul huruf, hak-hak huruf dan sifat-sifatnya, hukum-hukumnya, ghunnahnya, dll. Anehnya dalam belajar al-Qur’an adalah semakin terkoreksi bacaan kita, justru semakin bersemangat kita untuk terus mempelajarinya.

Pada saatnya nanti, membaca al-Qur’an bukan lagi sebagai suatu yang berat dilakukan atau hanya sesekali dibacakan. Tapi membaca al-Qur’an akan menjadi kenikmatan tersendiri. Ada yang kurang ketika bacaan al-Qur’an satu hari hilang.

Karenanya, berkerudung saja tak cukup sebelum dia gemar membaca al-Qur’an.

Berhati-hati dalam berlisan
Di dalam kitab Buzrjemher dikisahkan tentang seorang pemburu mencari burung merpati di hutan. Setelah sekian lama mencari dan tidak juga menemukannya, ia putus asa dan berniat pergi. Pada saat itu, sang merpati yang merasa sudah selamat mulai berkicau. Maka sang pemburu itupun berbalik kembali dan berhasil menangkapnya.

Bila aurat fisik telah berhasil kita tutupi, sebaik itu pulalah seharusnya kita mengendalikan lisan dari mengatakan hal yang menunjukkan rendahnya perasaan, dan lemahnya fikiran. Tidak elok seorang muslimah seronok berlisan. Karena sejatinya...

Ucapan yang baik berasal dari fikiran yang baik. Kata-kata yang indah berasal dari akal yang sempurna. Dan pembicaraan yang teratur berasal dari nurani yang bercahaya.
(Dr. A’idh Abdullah al-Qarni)

Senantiasa memperhatikan dan terus memperbaiki cara berbusana muslimah kita
Semakin baik pemahaman agama seseorang maka akan semakin sederhana busana muslimahnya. Tidak diragukan lagi, memang ini benar adanya. Harus diakui bahwa wanita adalah fans berat keindahan dan kecantikan. Apapun yang dilakukan wanita terhadap dirinya, pasti ujung-ujungnya ada dalam dua hal ini: penampilan dan kecantikan. Namun demikian, ukuran cantik kita haruslah selaras dengan cantiknya menurut Allah.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuhnya. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “ (QS. al-Ahzab []: 59)

Allah swt melalui rasul-Nya telah memberikan aturan yang jelas tentang batasan aurat perempuan yaitu seluruh tubuh terkecuali wajah dan telapak tangan.

Pakem syar’i busana muslimah pun sudah jelas:
~ Menutup seluruh badan kecuali yang diperbolehkan nampak
~ Longgar sehingga tidak ketat dan menampakkan lekuk tubuh
~ Pakaian yang bukan berfungsi sebagai perhiasan dan bukan pakaian popularitas
~ Kainnya tebal, tidak tipis
~ Tidak diberi wewangian atau parfum
~ Tidak menyerupai laki-laki
~ Tidak menyerupai pakaian wanita kafir

Ketika kita menyadari masih ada hal dalam cara  berbusana kita yang kurang, di titik-titik kekurangan itulah perjuangan selanjutnya yang harus terus kita perbaiki.

Memutus kebiasaan berghibah
Dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari, hal yang paling sulit untuk dihindarkan yaitu mendengarkan seseorang membicarakan aib orang lain atau malah mungkin kita sendiri yang masih suka membicarakan keburukan orang lain alias berghibah. Membiasakan diri berghibah hanyalah kebiasaan orang-orang yang bodoh karena ketidaktahuannya akan hukuman berat dan kerugian yang akan ditanggungnya di Yaumil Akhir nanti.

Di dalam al-Qur’an orang yang berghibah digambarkan sebagai seseorang yang sedang memakan bangkainya sendiri.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak berprasangka karena banyak berprasangka itu adalah dosa. dan janganlah kamu mencari-cari keburukan orang lain dan janganlah di antara kamu menggunjingkan satu sama lain. Adakah seseorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. “ (QS. al-Hujurat [49]: 12)

Diceritakan pada jaman dahulu, jika ada orang yang bergunjing maka akan tercium baunya yang sangat busuk. Diriwayatkan oleh Jabir ra, ia berkata, “Kami pernah di tempat Rasulullah saw, kemudian berhembuslah angin yang berbau busuk. Lalu bertanyalah Nabi, ‘Tahukah kamu angin apakah ini? Ini adalah angin (baunya) orang-orang yang mengumpat orang-orang mukmin’. “ (HR Ahmad)

Shalihat, sepandai kita menutup aurat diri, maka harus sepandai itu pula kita menutup aurat (aib) saudara kita. Kita harus menolong saudara yang diumpat tersebut dan berkewajiban menjauhkannya dari menjadi bahan pembicaraan.

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menjauhkan seseorang dari mengumpat diri saudaranya, maka adalah suatu kepastian dari Allah, bahwa Allah akan membebaskan dia dari neraka. “ (HR. Ahmad)

Namun apabila kita tidakmampu untuk menghalang-halanginya mulut-mulut yang suka menyerang kehormatan saudaranya itu, maka kewajiban yang paling minim adalah dia harus meninggalkan tempat itu atau membelokkan arah pembicaraan.

Dosa mengumpat bukan saja besar, malah termasuk dosa yang tidak diampuni oleh Allah swt biarpun pelakunya benar-benar bertaubat. Dosa mengumpat hanyalah layak diampuni oleh orang yang diumpatnya. Selagi orang yang diumpatnya tidak mengampunkan, maka dosa itu akan kekal dan menerima pembalasannya di akhirat.

Rasulullah saw bersabda, “Jauhilah mengumpat, karena mengumpat itu lebih berdosa daripada berzina. Sesungguhnya orang yang melakukan zina apabila dia bertaubat, Allah akan menerima taubatnya. Dan sesungguhnya orang yang melakukan umpatan tidak akan diampunkan dosanya sebelum dimaafkan oleh orang yang mengumpatnya. “ (HR. Ibnu Abib Dunya dan Ibnu Hibban).

Dan sebaliknya, adalah sebuah kebaikan yang akan didapatkan orang yang diumpat. Karena dia akan memperoleh pahala dari sesuatu yang tidak dikerjakannya.

Diriwayatkan oleh Abu ummah al-Bahili, di akhirat seseorang sangat terkejut apabila melihat catatan amal kebaikan yang tidak pernah dilakukannya di dunia. Maka dia berkata kepada Allah, “Wahai tuhanku, dari manakah datangnya kebaikan yang banyak ini, sedangkan aku tidak pernah melakukannya?” Maka Allah menjawab, “Semua itu kebaikan (pahala) orang yang mengumpat engkau tanpa engkau ketahui. “

Saya berpendapat bahwa baiknya lisan seseorang sedikit banyak menunjukkan baiknya kondisi hati yang bersangkutan. Hati yang baik cenderung terjaga dari segala macam penyakit-penyakit hati. Dengan demikian, sesiapa yang suka berghibah mengindikasikan hatinya mudah terserang penyakit hati. Sedangkan orang yang tidak suka berghibah memberi sinyal kondisi hati yang cenderung baik. Wallahu’alam.

Itulah materi pelajaran lainnya di Sekolah Kehidupan yang harus terus kita pelajari, kaji dan perbaiki. Jangan mencukupkan diri dengan berkerudung saja, namun hal lain yang akan semakin membuat kerudung fisik dan kerudung hati semakin indah wajib diikhtiarkan. Semoga, kita semua Allah masukkan ke dalam golongan wanita-wanita yang shalihah. Aamyn.

*****
Referensi buku:
~ “Ensiklopedi Pengetahuan al-Qur’an dan Hadits” karya Tim Baitul Kilmah Jogjakarta, kamil Pustaka, 2013
~ “Jilbab Seksi” karya Abu al-Ghifari, Media Qalbu, 2005
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular

Pengunjung saat ini

Ruang Siar

Label

Label Cloud