PAKAIAN KETAKWAAN

Mau berpakaian seminim apapun.....silahkan!
Tidak ada yang larang.
Mau berpenamapilan se-sexy apapun....silahkan!
Tak ada yang keberatan.
Asal....itu dilakukan untuk dan di depan suami sendiri.
Lain itu, pakaian kemuliaanlah yang dikenakan kemana-mana.
Jilbab jangan dilepas, pakaian muslimah tak boleh ditanggalkan. Identitas kita ada disana.

Coba dikit saja aturan agama tak dipakai, jangan salahkan bila iman jadi terkulai.
Apalagi bila pakaian “ciluk ba” jadi busana keseharian.
Kaca iman pun kian buram.
Tak dapat jadi cermin ‘tuk membedakan mana yang benar dan yang salah.
Semua nampak sama, tak ada beda.

Itulah akibat bila rasa malu telah berlalu.
Meninggalkan perempuan dari kemuliaan.
Hingga iman pun tak betah bersemayam pada hati dalam rahmat Tuhan.

Sang iman berkata, “Aku tak sudi datang bila sahabatku, malu enggan bertandang. Adanya, hadirku. Tiadanya, kepergianku. “

Shalihaat....tiadakah sedih kau rasakan apabila demi sepotong pakaian, iman kau abaikan, surga pun kau campakkan?!
Mungkin....mungkin...kau tak hedak bermaksud kesana.
Bagimu, pakaian hanyalah sekedar kesukaan, sekedar mengikuti trend busana kekinian.
Kau merasa iman masih melekat erat sekalipun aurat kau nampakkan.
Shalat masih dijalankan, puasa ditunaikan, zakat dikeluarkan, sedekah tak ketinggalan, haji/umrah pun telah pula dilaksanakan.
Masa gara-gara pakaian “ciluk ba” di keseharian, cahaya iman bisa terabaikan, surga bisa tercampakkan?! Tidakkah itu berlebihan. Lebay kali, aaah......fikirmu.

Shalihaat......mari kita lihat apa yang kau sebut “lebay” dalam kacamata iman:
1.       Perintah berhijab adalah sebuah kewajiban yang seharusnya dipenuhi saat masa akhil baligh tiba.
2.       Adanya perintah kewajiban bermakna adanya pahala bila dilaksanakan dan adanya dosa bila ditanggalkan.
3.        Pahala pengundang kebaikan dan dosa pengundang hukuman.
4.       Pahala penghantar kita ke surga, dan dosa akan membawa kita ke neraka.
5.       Apabila Allah yang langsung memerintahkan, artinya tidak ada pilihan kecuali dilaksanakan.
6.       Ketaatan untuk memenuhi kewajiban adalah bukti nyata keimanan. Keingkaran akan kewajiban bukti nyata bahwa iman telah hilang.
7.       Ketaatan yang tidak dilakukan karena ketidaktahuan maka ampunan-nya terbuka lebar. Namun saat ketaatan tidak dilaksanakan dengan penuh kesadaran, maka murka-Nya sedang kau undang.
8.       Aurat yang kau tebar kemana-mana berpotensi dosa bagi dirimu dan setiap mata yang memandang.
9.       Bilapun kau bisa menjaga hatimu dan fikiranmu, bisakah kau lakukan hal yang sama pada orang yang berhati kotor?!
10.    Kau turut menanggung dosa akibat pandangan sesama yang tak terjaga. Tidakkah kau takut itu?

Allah Mahasempurna dalam menetapkan aturan dan Maha pemberi rahmat dalam memahami kekhilafan setiap insan.
Sambutlah perintah-Nya untuk berhijab dengan dada yang lapang.
Dalam setiap aturan-Nya pastilah Allah tempatkan atasnya berjuta kebaikan.
Keselamatan dan kebahagiaan akan menjadi bagian kehidupan di dunia dan di ‘Kampung Keabadian’ andai perintah ikhlas kita jalankan.

Shalihaat...selagi usia masih dikandung badan, jangan pernah tunda perubahan baik yang hendak kau lakukan.
Mulailah secara perlahan. Tanggalkan pakaian ‘ciluk ba’ penebar dosa, berganti busana pengundang surga.
Semoga rahmat Allah bersama di sepanjang perjalanan. Aamyn.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular

Pengunjung saat ini

Ruang Siar

Label

Label Cloud