“Mau
kemana?”
“Ada
keperluan apa?”
“Sama
siapa perginya?”
“Hati-hati,
ya!”
“Nanti
kalau sudah disana, cepet telepon Ibu. “
“Cepat
pulang. Maghrib sudah harus ada di rumah. Ingat pesan Ibu, Nak!”
Begitulah
IBU kita. Selalu mendetil hingga pada hal kecil. Semua tak luput dari perhatian.
Sedikit saja sikap dianggap salah, nasihat pun meluncur deras bercampur sedikit
bumbu ‘galak’ khas seorang ibu. Dan sang anakpun memberikan labelling dengan
kata “cerewet”.
Seorang
ibu nampaknya memang identik dengan cerewet. Sependiam apapun seorang gadis,
ketika telah menjadi seorang ibu, pastilah kecerewetan terpendamnya muncul
juga.
Saat
bayi menangis…..sang ibulah biasanya yang akan sibuk menenangkan.
Saat
sang anak belajar berjalan…..sang ibulah yang biasanya akan sibuk menyemangati.
Saat
sang anak belajar berkata…..sang ibulah yang biasanya akan sibuk mengajari.
Saat
sang anak mulai tak bisa diam…..sang ibulah yang biasanya akan sibuk
mengingatkan.
Saat
sang anak mencoba hal yang membahayakan…..sang ibulah yang biasanya akan sibuk
memberikan pengarahan.
Saat
sang anak protes…..sang ibulah yang biasanya akan sibuk memberikan bimbingan.
Saat
sang anak melakukan kesalahan…..sang ibulah yang akan sibuk memberikan teguran.
Itulah
sebagian pekerjaan yang menjadi keseharian untuk memastikan sang anak tumbuh
dan memiliki sikap sesuai harapan. Harapan yang terdesign dalam doa yang
dipanjatkan setiap malam dalam kesunyian:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا
“Wahai Rabb kami, karuniakanlah kepada
kami dari pasangan-pasangan hidup kami dan anak keturunan kami penyejuk hati
dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.
Al-Furqan [25]: 74)
Kini,
masihkah kita mengatakannya cerewet padanya
saat kenyataan mengetuk kesadaran bahwa kecerewetannya itulah yang telah
banyak menyelamatkan kehidupan bagi kita, anaknya?! Seandainya Ibu kita diam,
akan seperti apa kehidupan?!
Semuanya
kering tiada kesejukan.
Semuanya
garing tiada kedamaian.
Rumah
pun miskin dengan kehangatan.
Cerewetnya
Ibu adalah pemenuh jiwa seorang anak. Padanya terdapat banyak kasih sayang,
perhatian, dorongan, semangat, bimbingan, pendidikan, harapan, dan doa
keselamatan. Didalamnya pula terdapat kecemasan, kekhawatiran, ketakutan akan sesuatu
yang bisa membahayakan sang buah hati.
Cerewetnya
Ibu, itulah bukti nyata kasih sayang-Nya atas makhluk-Nya.
Karena
saat kecerewetan Sang Ibu telah tiada, saat itulah kita akan merasa begitu
BERARTI akan hadirnya.
IBU
adalah matahari bagi sang buah hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar