Adalah seorang laki-laki muda bernama Handi menderita sebuah penyakit maag kronis. Saking bahayanya para dokter memprediksikan bahwa kematian semakin dekat menghampiri. Tak lupa dokter merekomendasikan untuk mempersiapkan kain kafan.
Mendengar
hal demikian, tiba-tiba Handi mengambil keputusan yang sangat mencengangkan.
Benaknya terus diliputi pikiran yang berulang-ulang mengatakan, ”Jika kehidupan
yang tersisa bagiku hanya tinggal sebentar saja, mengapa diriku tidak memanfaatkan
jeda waktu yang singkat ini dengan sebaik mungkin?! Sudah sejak lama diriku
bercita-cita untuk berkeliling dunia
sebelum ajal menjemput. Saat inilah waktunya yang tepat untuk mewujudkan
cita-citaku. "
Tak lama
berselang, ia pun membeli tiket kapal laut. Mendengar keputusannya, para dokter
yang merawatnya tercengang. Mereka berkata memperingatkan, “Kami peringatkan
Anda, jika Anda bersikukuh untuk melanjutkan rencana Anda, niscaya Anda
akan dikuburkan di samudera lautan, “
Akan
tetapi Handi menjawab, “Tidak, tidak akan terjadi. Karena saya telah berjanji
kepada sanak saudaraku agar jasadku dikuburkan di pekuburan keluarga. “
Dengan
mantap, Handi pun berlayar. Perjalanan lautpun dimulai. Benar-benar ia isi
dengan bersenang-senang. Tak lupa ia berkirim surat kepada istrinya mengabarkan
apa yang telah ia lakukan dan nikmati. Ia berkata, “Aku sungguh sangat
menikmati perjalanan ini. Aku telah memakan semua jenis makanan bahkan makanan
berlemakpun yang dulu dilarang. Aku benar-benar menikmati kehidupan yang tidak pernah aku
cicipi dalam hidup di masa laluku . “
Kemudian
apa yang terjadi? Ternyata Handi sembuh dari penyakitnya. Sedang terapi
pengobatan yang dilakukannya adalah terapi tantangan terhadap penyakit dan mengalahkan
rasa sakit. Dimana Handi yakin betul bahwa masa hidupnya sudah hampir berakhir,
namun ia tidak merasa gentar menghadapi kematian yang menakutkan itu. Ia
membangun perjalanan hidupnya setelah mengetahui hal itu dengan memanfaatkan
setiap kesempatan untuk menikmati hidup dan tidak memelihara kecemasan
berlebihan. Ternyata ketenangannya itulah yang mampu mengalahkan luka pada
lambungnya dan pada akhirnya membawanya pada kesembuhan semula.
bagus
BalasHapusTerima kasih banyak, Mbak Tana Thabita. Salam santun untuk Mbak dan keluarga. :)
BalasHapus