Dari
membaca judulnya saja sudah bisa ditebak, akan kemana arah tulisan ini.
Yuuppss…betul! Itu dia yang saya maksudkan. Melalui judul ini saya ingin sedikit berbagi tentang
kebersihan dan bagaimana kondisi sebagian masyarakat kita yang masih suka ‘nyeleneh’
soal yang satu ini. Pendidikan dari perguruan tinggi, namun soal kebersihan
masih kalah sama anak TK. Fakta di hadapan membuktikan bahwa pendidikan tak
selamanya menjadi sebuah jaminan yang
bisa menghantarkan seseorang pada kesadaran untuk peduli pada kebersihan. Pernah
khan (kalau tidak dikatakan sering) Shalihaat mendapati, bagaimana mahasiswa
sebuah perguruan tinggi agama masih suka menyembunyikan sampah bungkus makanan
di bawah kolong meja hingga berhari-hari. Atau anak SMP/SMA “plung” melempar
sampah keluar jendela. Atau serombongan ibu-ibu rihlah ke suatu tempat,
makan disana dan membiarkan sampahnya. Atau ketemu seseorang yang berpandangan
bahwa menjaga kebersihan hanyalah tugas seorang cleaning service. Padahal,
bila hal kebersihan kita serahkan sepenuhnya pada petugas dan kita lepas tangan
darinya, dimanapun tempatnya, kebersihan adalah sesuatu yang paling tak mungkin
didapatkan.
Baru-baru
ini, masih ingat dalam benak kita satu kejadian yang kemudian menjadi bahan
pembicaraan di dunia maya. Bapak Walikota Bandung, Bapak Ridwan Kamil, berusaha
keras untuk bisa membangun kota Bandung, menatanya dengan penuh kesungguhan.
Background pendidikannya di bidang arsitek sangat mendukung itu semua. Bandung
dipoles tata letak kotanya demikian terencana, kebersihan lingkungan
diperhatikan, kesehatan masyarakat pun diperhatikan melalui program hari bebas
rokok, “Car free Day”, dll. Maka, ketika acara Asia-Afrika KAA kemarin pun berlangsung
di kota kembang ini, tentu saja, beliau bersama jajarannya bekerja keras demi
mensukseskan acara tersebut, sekaligus ingin mengharumkan nama Bandung.
Masyarakat Bandung menjadi bangga, itu sudah tentu. Jangankan masyarakatnya, kita
saja yang bukan orang Bandung meni “reueus” melihat hasil kinerja
Bapak Walikota yang satu ini. TOP deeeh. Namun apa yang terjadi setelah acara
KAA berlangsung? Bandung yang tadinya begitu bersih, berubah menjadi penuh
sampah yang bertebaran dimana-mana, kursi kota yang dipajang rusak, pot yang
ada di sepanjang jalan diinjak-injak oleh masyarakatnya sendiri. Mereka seakan
tak peduli dengan apa yang sudah dilakukan pemerintahnya. Memprihatinkan,
bukan?! Inilah bukti nyata, betapa kebersihan itu baru sebatas dikagumi, namun
tidak dicintai. Dan contoh seperti ini, akan dengan begitu mudah kita dapatkan
di hampir sebagian besar masyarakat Indonesia.
Contoh
Perilaku Jorok
Mari
kita perhatikan, ada beberapa perilaku jorok yang kerap kita lihat di sekitar kita kaitannya
dengan kebersihan adalah:
1. Kebiasaan
masyarakat yang masih suka membuang sampah ke sungai-sungai, bahkan ke
selokan-selokan kecil.
2. Kebiasaan
pedagang kaki lima yang kerapkali meninggalkan tempat berdagangnya penuh dengan
sampah plastik, kertas, dll.
3. Kebiasaan
masyarakat yang suka melempar sampah dari kendaraan-kendaraan umum/pribadi.
4. Kebiasaan
membuang sampah di mana saja.
5. Kebiasaan
masyarakat yang kurang peduli untuk menyapu halaman dan trotoar depan rumahnya.
6. Kebiasaan
menyapu dan membiarkan sampahnya di dekat pintu rumah/ruangan.
7. Kebiasaan
para pelajar/mahasiswa suka membuang sampah makanannya di bawah kolong meja
belajar. Sehingga jadilah kolong meja penuh dengan sampah hingga berbau.
8. Kebiasaan
meninggalkan suatu tempat tanpa membereskan bekas makannya terlebih dahulu
sehingga sampah plastik/kertas bekas makannya dimana-mana.
9. Meludah,
buang air kecil, dan yang sejenisnya (maaf) di mana saja.
10. Asyik-asyik
saja walaupun belajar atau bekerja di tempat yang berdebu/kotor.
11. Kurang
bersih membersihkan bekas BAK saat di toilet umum.
12. Membiarkan
sampah bertumpuk-tumpuk
13. Membiarkan
pakaian yang bergelantungan di kamar tidur atau di kamar mandi.
14. Menaruh
pakaian kotor di mana saja.
Alasan
dibalik perilaku di atas:
·
Rasa malas.
·
Alasan sibuk atau cape.
·
Adanya anggapan bahwa yang harus menjaga
kebersihan itu adalah petugas kebersihan.
·
Kurang pahamnya sebagian besar dari kita
bahwa sebenarnya peduli pada kebersihan itu adalah bagian dari keimanan
seseorang.
·
Perilaku bersihan baru berlaku di rumah,
namun tidak ketika berada di luar.
·
Kurangnya tong sampah di pinggir jalan atau
di tempat-tempat umum.
Ternyata,
dominan alasan seseorang mengabaikan kebersihan diri dan lingkungannya adalah
faktor hati (kemalasan) dan pemahaman yang salah tentang kebersihan. Padahal sebenarnya, tidak sulit kok untuk
menciptakan sebuah lingkungan yang bersih. Asaaal….dilakukan bersama-sama.
Sepanjang baru sebatas kesadaran pribadi, agak susah ya untuk bisa melakukan
perubahan yang signifikan.
Salahnya pemahaman kita
atas kebersihan juga berpengaruh banyak atas nilai hidup kita di keseharian. Kita
sangka bahwa iman itu hanya berbicara masalah ibadah sebagai bentuk ketaatan
kita pada Allah. Padahal, keimanan sendiri memiliki banyak cabang hingga 77
atau 60 cabang, dan kebersihan termasuk di dalamnya.
Rasulullah saw bersabda:
“Iman memiliki lebih dari tujuh
puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan 'La
ilaha illallah' (tauhid), dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri
(gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang iman." (HR. Bukhari,
Muslim).
Mari kita lihat apa sajakah ketujuh puluh tujuh cabang
tersebut dan kita tinggal mencocokkan apakah semuanya ada dalam diri kita,
ataukah masih banyak yang lepas pada diri?!
77 Cabang Keimanan
1.
Iman kepada Allah Azza wa Jalla
2.
Iman kepada para rasul Allah
seluruhnya
3.
Iman kepada para malaikat
4.
Iman kepada Al-Qur’an dan segenap
kitab suci yang telah diturunkan sebelumnya
5.
Iman bahwa qadar – yang baik ataupun
yang buruk – adalah berasal dari Allah
6.
Iman kepada Hari Akhir
7.
Iman kepada Hari Berbangkit sesudah
mati
8.
Iman kepada Hari Dikumpulkannya
Manusia sesudah mereka dibangkitkan dari kubur
9.
Iman bahwa tempat kembalinya mukmin
adalah Surga, dan bahwa tempat kembali orang kafir adalah Neraka
10.
Iman kepada wajibnya mencintai Allah
11.
Iman kepada wajibnya takut kepada
Allah
12.
Iman kepada wajibnya berharap kepada
Allah
13.
Iman kepada wajibnya tawakkal kepada
Allah
14.
Iman kepada wajibnya mencintai Nabi
saw
15.
Iman kepada wajibnya mengagungkan
dan memuliakan Nabi saw
16.
Cinta kepada din, sehingga ia lebih
suka terbebas dari neraka daripada kafir
17.
Menuntut ilmu, yakni ilmu syar’i
18.
Menyebarkan ilmu, berdasarkan firman
Allah : “Agar engkau menjelaskannya kepada manusia dan tidak menyembunyikannya”
19.
Mengagungkan Al-Qur’an, dengan cara
mempelajari dan mengajarkannya, menjaga hukum-hukumnya, mengetahui halal
haramnya, memuliakan para ahli dan huffazh-nya, serta takut pada
ancaman-ancamannya
20.
Thaharah
21.
Sholat lima waktu
22.
Zakat
23.
Puasa
24.
I’tikaf
25.
Haji
26.
Jihad
27.
Menyusun kekuatan fii sabilillah
28.
Tegar di hadapan musuh, tidak lari
dari medan peperangan
29.
Menunaikan khumus
30.
Membebaskan budak dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah
31.
Menunaikan kaffarat wajib : kaffarat
pembunuhan, kaffarat zhihar, kaffarat sumpah, kaffarat bersetubuh di bulan
Ramadhan ; demikian pula fidyah
32.
Menepati akad
33.
Mensyukuri nikmat Allah
34.
Menjaga lisan
35.
Menunaikan amanah
36.
Tidak melakukan pembunuhan dan
kejahatan terhadap jiwa manusia
37.
Menjaga kemaluan dan kehormatan diri
38.
Menjaga diri dari mengambil harta
orang lain secara bathil
39.
Menjauhi makanan dan minuman yang
haram, serta bersikap wara’ dalam masalah tersebut
40.
Menjauhi pakaian, perhiasan, dan
perabotan yang diharamkan oleh Allah
41.
Menjauhi permainan dan hal-hal
sia-sia yang bertentangan dengan syariat Islam
42.
Sederhana dalam penghidupan (nafkah)
dan menjauhi harta yang tidak halal
43.
Tidak benci, iri, dan dengki
44.
Tidak menyakiti atau mengganggu
manusia
45.
Ikhlas dalam beramal karena Allah
semata, dan tidak riya’
46.
Senang dan bahagia dengan kebaikan,
sedih dan menyesal dengan keburukan
47.
Segera bertaubat ketika berbuat dosa
48.
Berkurban : hadyu, idul adh-ha,
aqiqah
49.
Menaati ulul amri
50.
Berpegang teguh pada jamaah
51.
Menghukumi diantara manusia dengan
adil
52.
Amar ma’ruf nahi munkar
53.
Tolong-menolong dalam kebaikan dan
taqwa
54.
Malu
55.
Berbakti kepada kedua orang tua
56.
Menyambung kekerabatan
(silaturrahim)
57.
Berakhlaq mulia
58.
Berlaku ihsan kepada para budak
59.
Budak yang menunaikan kewajibannya
terhadap majikannya
60.
Menunaikan kewajiban terhadap anak
dan isteri
61.
Mendekatkan diri kepada ahli din,
mencintai mereka, dan menyebarkan salam diantara mereka
62.
Menjawab salam
63.
Mengunjungi orang yang sakit
64.
Mensholati mayit yang beragama Islam
65.
Mendoakan orang yang bersin
66.
Menjauhkan diri dari orang-orang
kafir dan para pembuat kerusakan, serta bersikap tegas terhadap mereka
67.
Memuliakan tetangga
68.
Memuliakan tamu
69.
Menutupi kesalahan (dosa) orang lain
70.
Sabar terhadap musibah ataupun
kelezatan dan kesenangan
71.
Zuhud dan tidak panjang angan-angan
72.
Ghirah dan kelemahlembutan
73.
Berpaling dari perkara yang sia-sia
74.
Berbuat yang terbaik
75.
Menyayangi yang lebih muda dan
menghormati yang lebih tua
76.
Mendamaikan yang bersengketa
77.
Mencintai sesuatu untuk saudaranya
sebagaimana ia juga mencintainya untuk dirinya sendiri, dan membenci sesuatu
untuk saudaranya sebagaimana ia juga membencinya untuk dirinya sendiri
Kalau
begitu, bagaimana agar kita bisa menjadi pelaku yang mencintai kebersihan?
Tiada
cara lain selain merubah kebiasaan lama dengan membiasakan diri hidup bersih di
manapun dan kapanpun serta berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melekatkan
satu persatu dari ke-77 cabang keimanan di atas. Insyaallah. Tak ada yang tak
mungkin sepanjang kita mau berusaha.
Wallahu’alam.