Jafar mengatakan
bahwa marah adalah kunci dari segala keburukan.
Sebagian sahabat
Anshar ada pula yang mengatakan: pokok pangkal ketololan ialah bersikap kasar, dan
pembimbing sifat ini adalah kemarahan.
Seseorang yang
sedang dilanda kemarahan itu akan kehilangan kesadarannya dan berada di bawah
kendali syetan. Ia tidak akan menyadari nasihat-nasihat yang diberikan
kepadanya, sekalipun berasal dari kalamullah atau sabda Rasulullah saw.
Tergambar pada jawaban seseorang di jaman Rasulullah saw ketika diberitahukan
oleh seseorang yang lainnya tentang sebuah doa yang disampaikan Rasulullah saw
untuk meredakan kemarahan, dia malah mengatakan, “apakah kau anggap saya gila?”.
Hal ini menunjukkan kemarahan akan membawa seseorang pada sikap tidak menghiraukan
petunjuk/nasihat, sekalipun yang menyampaikannya adalah Rasulullah saw sendiri.
Al-Jurjani
berkata, “Marah adalah perubahan yang terjadi saat darah yang ada di dalam hati
bergejolak sehingga menimbulkan kepuasan di dalam dada. Marah adalah gejolak yang
ditimbulkan oleh syetan. Dia mengakibatkan berbagai bencana dan malapetaka yang
tak seorang pun mengetahuinya melainkan Allah swt. “
Berkaitan dengan dosa yang diakibatkan marah, dalam salah satu hadits disebutkan:
Telah menceritakan kepada kami Ismail yaitu Ibnu
Jafar dari al-A’la dari bapaknya dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw
bersabda, “Apabila ada dua orang yang saling mencaci-maki, maka cacian keduanya
itu dosanya akan ditanggung oleh orang yang memulai cacian selama orang yang
dizhalimi itu tidak melampaui batas. “ (HR. Muslim dalam Kitab “Birr
wa Shilah wal Adab nan an-Nahyi an as-Sabab” No. 4688)
Dalam hadits yang lain, Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu
Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Seorang hamba mengucapkan satu
kata yang diridhai Allah swt, ia tidak begitu memperhitungkan kata tersebut,
namun satu kata tersebut sangat berharga di sisi Allah. Seseorang mengucapkan
satu kata yang dibenci Allah swt, ia tidak begitu memperhitungkan kata
tersebut, akan tetapi satu kata itu
menyebabkannya masuk neraka. “ (HR. Bukhari)
Itulah sedikit
gambaran, betapa buruk hal yang akan ditanggung seseorang yang suka
melampiaskan kemarahan, tidak hanya bagi kehidupannya di akhirat kelak, akan
tetapi juga bagi kehidupannya di dunia. Dari itu Rasulullah saw berwasiat
kepada sahabat ketika datang pada beliau untuk meminta wasiat:
حَدَّثَنِي
يَحْيَى بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ هُوَ ابْنُ عَيَّاشٍ عَنْ أَبِي
حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ
رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا
تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ
Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Yusuf
telah mengabarkan kepada kami Abu Bakr yaitu Ibnu Ayyasy dari Abu Hashin dari
Abu Shalih dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa seorang laki-laki berkata
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Berilah aku wasiat?"
beliau bersabda: "Janganlah kamu marah." Laki-laki itu mengulangi
kata-katanya, beliau tetap bersabda: "Janganlah kamu marah." (HR. Bukhari)
(Penulis: Puri
Megawati, A. Md)